2 Jenderal TNI yang Dikenal Pemarah dan Tegas

INDONESIA mempunyai banyak jenderal yang gigih dan ahli dalam strategi. Ada pula jenderal yang marah namun tetap disegani masyarakat, bahkan Presiden Soekarno.

Menurut berbagai sumber, para jenderal yang marah dan tegas pada Rabu (29/5/2024) adalah:

1. Jenderal TNI (Purn) Soemitro Sastrodihardjo

 

Jenderal lain yang marah adalah Soemitro. Jenderal Soemitro merupakan mantan Panglima Kopkamtib pada masa Orde Baru. Ia diketahui kerap memukuli anak buahnya yang terbukti bersalah. Soemitro pernah dimarahi PKI karena dituduh sebagai jenderal yang tidak paham revolusi.

Ungkapan tersebut diucapkan pemimpin PKI di Balikpapan dan didengar kembali oleh Soemitro pada perayaan Hari Kartini. Seorang wanita membacakan puisi dengan kalimat serupa. Keesokan harinya, Soemitro meminta panitia mengidentifikasi perempuan yang kemudian diketahui anggota Gervani.

Lahir pada 13 Januari 1927 di Probolingo, Soemitro merupakan sosok yang sangat disegani pada masanya. Salah satu kisah Soemitro yang terkenal adalah ketika ia menjadi tentara karena mendapat petunjuk dari Penjara. Melansir Okezone, Soemitro yang masih berusia 15 tahun itu bermain jailangkung di Surabaya bersama temannya Gatot Supangkat. “Aku akan jadi apa besok?” Ucap Soemitro dan Jailangkung menunjukkan huruf M-A-J-O-R. Soemitro yang awalnya bercita-cita menjadi seorang insinyur, tidak menyangka bahwa dirinya benar-benar akan menjadi seorang prajurit.

2. Mayjen Moersjid

 

Moersjid adalah salah satu jenderal yang pemarah. Mayjen Moersjid lahir pada tanggal 10 Desember 1924 di Jakarta. Ia merupakan anak dari Alip Kartodamodjo dan wanita Betawi Djavohir. Moersjid seharusnya menggantikan Letjen Ahmad Yani sebagai Menpangad (Menteri/Panglima Angkatan Darat) setelah gugur dalam peristiwa G 30 S/PKI.

Namun Presiden Soekarno menentang hal tersebut karena Moersjid dianggap jenderal yang pemarah. Meski demikian, Soekarno tetap menghormati dan menghormati Moersjid. Menurut informasi dari berbagai sumber, Moersjid adalah sosok yang tangguh, tekun, teguh pendirian, dan tak pernah berbasa-basi.

Moersjid sendiri awalnya merupakan anggota PETA yang bertugas di Bogor dengan pangkat pemimpin peleton atau shodanco. Setelah Indonesia merdeka, karir militer Moersjid semakin cemerlang. Pangkatnya mencapai mayor dan resmi menjadi komandan resimen Divisi Siliwangi. Apalagi saat itu ia kerap berkolaborasi dengan Ahmad Yani. Moersjid sering mengembangkan strategi dan membuat rencana operasional dengan menganalisis topografi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *