3 Pasukan Elite Kerajaan Pajajaran di Bawah Pemerintahan Prabu Siliwangi

PRABU Siliwangi membentuk sistem pertahanan yang kuat dengan 3 pasukan elit. Raja yang bernama asli Ri Baduga Maharaja ini menjadikan kerajaan Pajajaran disegani dan sangat berkuasa di nusantara.

Dikutip dari Pajajaran Hitam Putih Karya Feri Tawfiq El-Jakuenn: Dari Kemuliaan Hingga Jatuhnya Kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi Siksakanda mengikuti taktik menghadirkan Karesian sebagai bentuk pemerintahan. buku. Faktanya, kitab Siksakanda Karesian telah banyak dipelajari oleh masyarakat Sunda.

Sri Baduga Maharaja juga mempunyai sistem teknis yang baik sehingga membentuk departemen militer yang kuat. Tentara inilah yang mempopulerkan negara Sunda yang beribukota di Pakuan Pajajaran. Carita Parahyangan menyebutkan ada beberapa jenis satuan tentara kerajaan.

Pembagian militer dimulai dari Unjungkara yang bertugas sebagai pengawal, disusul oleh prajurit pamarang yang mahir berpedang, dan panena yang mewakili pasukan elit yang spesialisasinya adalah memanah.

Tiga prajurit elite kerajaan Pajajaran patuh pada panglima. Dengan satu tim, semua pasukan bisa bekerja sama untuk menyelesaikan masalah.

Meski mempunyai prajurit yang ahli dalam berperang, anehnya pada zaman Prabu Siliwangi, ia terkenal tidak pernah berperang. Namun kegagahan pasukannya diketahui seluruh kerajaan nusantara. Ketahanan prajurit Pajajaran diuji pada masa pemerintahan Prabu Suravises sepeninggal Prabu Siliwangi.

Carita Parahyangan menceritakan 15 penggerebekan pada masa pemerintahan Pajajaranda pada masa pemerintahan Suravisesa. Raja Siliwangi juga mempunyai hubungan diplomatik dengan Portugis ketika ia merebut Malaka pada tahun 1511 untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan.

Koalisi ini semakin padu setelah adanya kesepakatan bersama mengenai terjalinnya hubungan militer pada tanggal 21 Agustus 1522. Perjanjian ini menyatakan bahwa Portugis akan membantu kerajaan Payajara dan siap mengerahkan seluruh kekuatannya jika terjadi perselisihan dengan kerajaan mana pun.

Sebaliknya Portugis meminta izin membangun benteng di Bandarbanten dan mendapat hak menerima 1.000 karung lada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *