90 Siswa SD di Canberra Belajar Budaya Indonesia

JAKARTA – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra dikunjungi 90 siswa kelas 3 SD Ngunawal Canberra, pada Selasa 17 September. Kunjungan ini merupakan keempat kalinya KBRI membuka pintu sekolah di Australia untuk mempelajari budaya Indonesia pada tahun 2024.

Jika jumlah mahasiswa yang datang ke KBRI pada kunjungan sebelumnya sebanyak 10-25 mahasiswa, maka kunjungan kali ini lebih besar. Untuk memfasilitasi kunjungan tersebut, Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk membagi siswa menjadi dua kelompok, pagi dan sore. Kelompok pertama di KBRI pukul 10.00 hingga 11.30 dengan jumlah siswa sebanyak 47 orang, dan kelompok kedua pada pukul 01.00 hingga 02.30 siang dengan jumlah siswa sebanyak 43 orang.

Erin Gale, salah satu guru siswa, menyatakan minatnya mengunjungi KBRI sejak dua bulan lalu. Ia menambahkan, KBRI menjadi satu-satunya sekolah yang dikunjunginya tahun ini.

“Kami melakukan penyelidikan ke kedutaan negara-negara terdekat seperti Australia, dan akhirnya pihak sekolah sepakat untuk memilih KBRI sebagai tempat kunjungan siswanya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (18/09/2024). .

Dalam kunjungan kali ini, para siswa disuguhi berbagai kegiatan mulai dari tur Balai Wisata, workshop gamelan, pembelajaran tari tradisional hingga belajar membacakan lagu anak Indonesia sekaligus memahami maknanya. Kegiatannya terbagi dalam dua tempat yaitu Kulturturismehallen dan Kartinihallen. Di Pusat Wisata Budaya, siswa akan mengikuti wisata gamelan dan workshop. Sedangkan di Balai Kartini, siswa akan mengikuti workshop tari tradisional dan belajar menyanyi.

Setiap posisi diberikan waktu selama 45 menit, sehingga dalam waktu 1,5 jam mahasiswa dapat merasakan segala nikmatnya belajar budaya Indonesia di KBRI. Staf kantor Atdikbud dibantu oleh mahasiswa Program Keterampilan Belajar Internasional (PKM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Lembaga Pendidikan Indonesia (UPI) dalam memberikan bahan ajar.

Para siswa tampak antusias mengikuti seluruh kegiatan. Dalam tur di balai budaya tersebut, salah satu materi yang disampaikan petugas Atdikbud Witari Nurfadillah adalah tentang wayang kulit. Siswa terpilih diberi kesempatan bermain wayang bersama staf Atdikbud lainnya, Muhammad Nur Aziz. Karena keterbatasan waktu, tidak semua siswa dapat mencoba bermain wayang. Kekesalan mereka mereda setelah mereka semua harus mencoba alat musik gamelan.

Di ruangan lain, siswa lain mengikuti workshop tari tradisional dan mempelajari lagu anak-anak. Mahasiswa UPI, Ivena, dan mahasiswa UNJ, Kiki, mengajari mahasiswa tari Nyentrik Ronggeng asal Jawa Barat. Saat belajar menari, siswa mengenakan kain sampur yang dikalungkan di pinggang sebagai alat bantu menari. Meski hanya mengajarkan lima gerak, namun tidak hanya siswa yang ikut serta, tetapi juga guru pendamping. Ivena dan Kiki dibantu oleh empat orang sahabat lainnya yaitu Rayhan, Hani, Dara dan Keisha.

Sedangkan untuk belajar musik, Rayhan (UPI) dan Dara (UNJ) menjadi mentornya. Siswa diperkenalkan dengan dua lagu yaitu Ge Mu Fa Mi Re dari wilayah timur Indonesia, dan lagu anak Pelangi. Dari lagu-lagu tersebut siswa juga mempelajari berbagai gerakan yang sesuai dengan lagu dan warna pelangi.

Guru selanjutnya, Jena, merupakan siswa SD asal Australia yang berlatar belakang bahasa Indonesia. Mendengarkan penjelasan Dara dan Rayhan tentang warna pelangi mengingatkan kembali kenangan masa kecilnya saat belajar bahasa Indonesia.

“Saya senang sekali hari ini karena ketika anak-anak belajar warna, saya ajarkan lagi seperti dulu di kelas bahasa Indonesia di SD,” ujarnya.

Salah satu mahasiswanya, Abigail mengaku sangat senang bisa berangkat ke KBRI. Sebelum pulang, ia sebenarnya sempat mengatakan akan kembali ke KBRI bersama orang tuanya untuk bermain gamelan. SD Ngunawal merupakan sekolah non-bahasa Indonesia. Namun, sebagian siswa dan guru sudah familiar dengan Indonesia. Sebab, sebagian siswa dan guru sudah pernah berkunjung ke Bali.

Kuasa Usaha KBRI Canberra, Mukhamad Najib mengatakan, KBRI selalu mendorong siswa dan guru di Australia untuk mengenal Indonesia. Program untuk memfasilitasi kunjungan mahasiswa ke KBRI ini merupakan salah satu bentuk pameran ini. Selain itu, kantor Atdikbud juga menggarap kegiatan Indonesia Go to school, dimana pertunjukan bahasa Indonesia dilakukan di lingkungan sekolah.

“Bahasa dan budaya Indonesia sudah terkenal di Australia, apalagi banyak sekolah yang mempunyai program bahasa Indonesia. pelajar dan generasi muda,” ujarnya.

KBRI Canberra juga menerima kunjungan sekolah hingga akhir tahun. Setidaknya lima sekolah lagi dijadwalkan mengunjungi KBRI hingga Desember 2024.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *