JAKARTA – Jakarta telah menjadi pusat kota dan tempat para investor berinvestasi. Namun pertanyaan terbesarnya adalah bagaimana hal ini akan mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi karena Jakarta saat ini tidak memiliki status ibu kota.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa Kota Jakarta akan menjadi kota dengan reputasi sebagai kota niaga, pusat bisnis, dan pusat keuangan di tingkat internasional dan nasional.
Sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Daerah Jakarta (UU DKJ) Bab IX yang mengatur tentang perencanaan kawasan kasar. Pasal 51 ayat (1) menyatakan pembangunan Jakarta dan sekitarnya terkoordinasi.
Wakil Presiden Kantor Perwakilan Bank Daerah DKI Jakarta Sahminan menilai perubahan status Kota Jakarta yang tidak lagi disebut ibu kota tidak mempengaruhi minat pengusaha untuk berinvestasi di dalamnya. modal besar. tangan.
“Iya, sekarang Jakarta bukan lagi ibu kota. Memang tantangan baru, ada juga peluang baru,” ujarnya saat konferensi pers Jakarta Investment Festival (JIF) 2024 yang bertajuk Global City Motion for Bangsa Emas, (19/6/2024).
Ia juga menambahkan, saat ini banyak pihak yang berupaya mempercepat masa transisi.
“Saat ini kita berada dalam masa transisi. Seringkali masa transisi akan banyak peluang dan peluang baru. “Jakarta akan terus menjadi pusat pertumbuhan Indonesia karena letaknya yang strategis,” ujarnya.
Sahminan mengatakan, dalam proses transisi banyak hal baru yang terjadi, sedangkan peluang dan perubahan mengarah pada inovasi.
Investor tetap dapat berinvestasi di Jakarta karena Jakarta akan menjadi pusat investasi dengan lokasi yang strategis dan akan terus berkembang.
“Memang ada penurunan di beberapa sektor seperti pemerintahan, namun sektor lain yang belum teridentifikasi seperti tikus dan kesehatan sudah menunjukkan hal tersebut. Kemungkinan besar kekayaannya juga akan bertambah, apalagi dengan adanya UU No 2 tahun 2024, dengan semakin meluasnya Jakarta dan sekitarnya maka peluangnya akan semakin besar, kata Sahminan.
