Papua Barat Bersinar di Cabor Dayung PON XXI Aceh-Sumut 2024, Borong 3 Medali Emas dan 1 Perunggu

BANDA ACHEH – Kontingen Papua Barat berhasil meraih medali pada cabang olahraga dayung Pekan Olahraga Nasional (NSW) Aceh-Sumut XXI 2024. Setidaknya 3 medali emas dan 1 perunggu berhasil diraih atlet asal Papua Barat.

Hingga Rabu (11/9/2024), Papua Barat sudah meraih tiga medali emas dan satu medali perunggu di cabang olahraga dayung PON XXI. Herlyn Apriline Lali menjadi salah satu atlet yang berhasil membawa pulang medali emas pada nomor kano 200 meter.

Tak hanya itu, Dessie Welminse Robaha dan Pinon Robaha juga sukses menambah koleksi medali emas Papua Barat pada kompetisi paddleboarding putra dan putri. Sisma Robaha dan Herlyn Aprilin Lali juga meraih medali perunggu pada nomor pasangan kano 500m.

Prestasi tersebut menunjukkan Papua Barat tidak hanya bersaing tetapi juga mendominasi cabang olahraga dayung PON ini.

“Kami bersyukur bisa meraih prestasi ini. Tidak diterimanya medali Luka di PON Papua menjadi penyemangat kita untuk sukses di Aceh. “Prestasi yang kita raih sungguh diluar ekspektasi, luar biasa,” kata pelatih dayung Papua Barat Ian Agus dalam jumpa pers di Media Center Kominfo PON XXI Aceh-Sumut, Rabu (9 November 2024). .

Soal kesulitan, Jan Agus Rumbe mengakui perbedaan kondisi antara Papua dan Aceh memang ada. Namun hal tersebut tidak menjadi kendala berarti bagi timnya.

“Enam bulan terakhir kami mempersiapkan atlet dengan target meraih medali emas. “Kami juga melakukan latihan intensif di Waduk Cipule Karawang, Jawa Barat, agar para atlet terbiasa dengan kondisi alam dan cuaca yang berbeda-beda,” jelas Jan Agus.

Atlet Papua Barat telah membuktikan kemampuannya dimana meskipun dengan keterbatasan yang ada di Papua seperti perbedaan kondisi alam dan cuaca antara Papua Barat dan Aceh, tim dayung Papua Barat membuktikan bahwa kesulitan bukanlah hambatan melainkan kesempatan untuk tampil maksimal. kemampuan.

Bagi banyak orang, perbedaan alami antara Papua Barat dan Aceh bisa menjadi penghalang. Papua Barat yang beriklim tropis dan hutan lebat jelas berbeda dengan Aceh yang terkenal dengan perairannya. Namun bagi atlet dayung Papua Barat, perbedaan tersebut justru menjadi tantangan untuk beradaptasi dan mengasah kemampuannya.

Adaptasi yang cepat dan latihan yang konsisten memungkinkan atlet Papua Barat beradaptasi dengan kondisi baru. Tak hanya itu, mereka juga mampu mengeluarkan potensi maksimalnya dalam berkompetisi meski harus berkompetisi di luar habitat aslinya.

Jan Agus menambahkan, tantangan cuaca dan kondisi alam di Aceh bukanlah sesuatu yang harus dihindari, namun harus dijadikan peluang untuk mengasah keterampilan dan berkembang. Dalam tantangan apa pun selalu ada peluang untuk belajar dan berkembang.

“Atlet kita sudah terbiasa dengan kondisi yang berbeda-beda, mulai dari latihan di Papua yang cuacanya cukup ekstrim, hingga Karawang yang kondisi alamnya berbeda. “Jadi ketika bertanding di Aceh, mereka sudah mempunyai mental yang kuat untuk menghadapi segala rintangan,” pungkas Jan Agus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *