Kelas Menengah Jatuh Miskin Jadi Tantangan Sektor Perumahan RI

LAMPUNG – Menurunnya kelas menengah menjadi tantangan serius bagi sektor perumahan di Indonesia. Terkikisnya kelas menengah mempengaruhi permintaan akan perumahan.

“Kita harus melihat kelas menengah kita yang menyusut, itulah tantangan bagi sektor perumahan,” kata Kepala Ekonom SMF Research Institute Martin Daniel Siyaranamual, Minggu malam (29/09/2024).

Menurut dia, selama ini konsumsi terbesar berasal dari kelas menengah, juga pada sektor perumahan. Dengan demikian, menurunnya kelas menengah menurunkan daya beli mereka.

“Kalaupun suku bunga turun, kalau daya beli turun maka sektor perumahan akan kolaps,” ujarnya.

Sekadar info, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sebanyak 9,48 juta masyarakat kelas menengah Indonesia mengalami penurunan status menjadi kelas menengah bawah atau aspiring middle class (AMC) dalam lima tahun terakhir.

BPS menyebutkan pada tahun 2019, jumlah kelas menengah Indonesia sebanyak 57,33 juta jiwa, dan jumlah tersebut mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir menjadi 47,85 juta jiwa pada tahun 2024, turun sebanyak 9,48 juta jiwa.

Jumlah masyarakat kelas menengah adalah 47,85 juta orang, atau setara dengan 17,13 persen total penduduk. Bahkan, proporsi kelas menengah diperkirakan akan mencapai sekitar 70% dari total penduduk pada tahun 2045 untuk mendukung Indonesia Emas, atau berkembang menjadi negara maju.

Targetnya adalah pendapatan per kapita Indonesia meningkat menjadi $23.000 atau Rp354,5 juta per tahun pada tahun 2045. Saat ini, tingkat pendapatan per kapita di Indonesia masih jauh dari angka tersebut, tepatnya sekitar 5500 USD atau Rp 84,78 juta per tahun.

Saat ini, rata-rata pengeluaran pemerintah bulanan per penduduk terbagi dalam lima kategori. Mulai dari kemiskinan mencapai sekitar Rp582.000, rawan kemiskinan Rp582.000 hingga 874.000, calon kelas menengah 874.000 hingga 2 MIDR, kelas menengah 2 MIDR 9,9 MID dan kelas atas 9,9 MIDR.

Kelas menengah masa depan adalah kelompok sosial ekonomi terbesar di Indonesia. Pada tahun 2019–2024, jumlahnya meningkat 8,65 juta orang menjadi 137,5 juta orang atau 49,2 persen dari seluruh penduduk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *