Kisah Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta, Duet Baru Ganda Campuran Indonesia yang Beda Karakter hingga Tidak Ada Tos-tosan

Kisah baru pemain ganda campuran muda Indonesia Jafar Hidayatullah / Felicia Alberta Nathaniel Passaribo menarik untuk disimak. Pasalnya, kedua pebulu tangkis tersebut diketahui memiliki kepribadian yang berbeda dan memiliki kebiasaan tidak melakukan tos di lapangan.

Jafar/Felisha merupakan salah satu ganda campuran baru Indonesia menyusul perombakan tim PBSI. Mereka menjadi duo tersukses setelah menjadi yang pertama meraih dua gelar juara sekaligus.

Gelar pertama diraih Indonesia pada World Challenge 2024. Jafar/Felisha kemudian berhasil meraih gelar juara Indonesia Masters Super 100 2024 Pekanbaru.

Berbicara mengenai chemistry mereka, keduanya mengaku tak memiliki masalah berarti. Hanya saja Jafar/Felisha memiliki kepribadian yang berbeda sehingga keduanya harus beradaptasi satu sama lain. Jafar adalah orang yang pendiam, sedangkan Felisha adalah tipe yang aktif.

“Chemistry kita sedemikian rupa sehingga Tuhan mengendalikannya. Saya tidak tahu cara kerjanya, jadi akan seperti ini. Ya Jafar itu pendiam, tapi saya tidak bisa diam, saya aktif seperti dia, jadi dia sudah menjadi Fotografer, dan permainannya langsung berbeda,” kata Phyllis saat ditemui di Pelatnas PBSI, Rabu, 4 September. .

Hal serupa juga dirasakan Jafar. Jika dibandingkan dengan pacar sebelumnya, begitulah. Ayesha Salisbella Putri Parantha kali ini dipasangkan dengan karakter berbeda. Sebab saat menyandang gelar Isa-Aisyah, keduanya adalah orang yang pendiam.

“Ya, dia sangat berbeda dari Ice. Es juga sepi jadi aku seperti apa yang terjadi? , dari Phyllis menambahkan, “Kadang-kadang saya ingin bertanya, lebih proaktif saja.

Jafar menambahkan: “Saya sudah berkencan dengan Phyllis, saya tidak terlalu mengenal satu sama lain. Tapi kalau bicara di lapangan, pasti ada hubungannya.”

Sementara itu, Felisha juga harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan Jafar yang tidak melakukan sepatu hak tinggi di lapangan. Hal serupa dialami Jafar saat bergabung dengan Aisha.

Felicia menjelaskan: “Tidak (tos). Dia (Jafar) lelah.

“Aku sudah memberitahumu. Kelelahan. Jadi di awal pertandingan seperti 0-0 untuk mengawali dan mengakhiri pertandingan,” jelas Jafar.

Untunglah Felicia tidak mempermasalahkan dan mengerti apa yang dirasakan sahabatnya itu. Menurutnya, gotong royong bisa digantikan dengan bentuk gotong royong lainnya dalam bidang filantropi yang tinggi.

“Itu tidak ada dalam pikiran saya. Saya hanya menyesuaikan diri. Karena bagi kami, lebih baik menang daripada melakukan tos. Jadi sebaiknya kita mengubahnya,” kata Felisha.

“Saya biasanya menggunakan raket saya pada tubuhnya. Dia akhirnya melakukan hal yang sama. Tidak apa-apa. Penting bahwa ada kontak. Kalau orang bilang saya tidak punya kontak, padahal saya sederhana, itu bukan modal besar, ”tutup Felisha.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *