AHY Lulus Ujian Doktor Predikat Cumlaude, Ini Cerita Menarik Teman Sekelasnya

Jakarta – Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menteri Pertanian dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), meraih gelar PhD bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dari Universitas Airlangga (Uniair) dengan predikat sangat memuaskan.

Sidang umum pada 7 Oktober 2024 yang dipimpin oleh Profesor Mohammad Nasih SE MT Ak, Panitera Unair, digelar dalam format hybrid dan menandai puncak prestasi akademik AHY. Selain keluarga besar, sidang juga dihadiri Presiden keenam RI, Profesor. Sushiro bang bang yudhoyono.

Direktur Jenderal Badan Komunikasi Strategis/Koordinator Sekretaris Pers Demokrat Herzaky Mahendra Putra dikabarkan merupakan teman sekelas AHY di Program Penelitian Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Airlangga. Ada 22 orang di kelas yang sama termasuk Mas AHY.

Mereka antara lain Wakil Sekjen Partai Demokrat Agusto Giován dan Wakil Sekjen DPP BPOKK Si Made Rai dari Partai Demokrat. Turut hadir Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni Weir Indra Nur Fawzi dan Wali Kota Surabaya Eli Chahyadi. Ada pendeta dan beberapa guru dari Papua, dan ada pula yang bekerja di sektor migas. Ada yang datang dari Palembang, Samarinda, Bali bahkan Papua, kata Herzaky.

Di balik kesuksesan akademis AHY, ada beberapa cerita menarik dari teman-teman sekelasnya yang berbagi kenangan bersama AHY selama menjalani program doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Unair. Pak Herzaky menekankan kedisiplinan AHY yang luar biasa meski memiliki banyak tanggung jawab sebagai menteri.

“Beliau juga orangnya sangat disiplin. Jarang sekali masuk ke suatu venue. Seingat kami, pertama kali beliau masuk ke suatu venue adalah saat dalam perjalanan ke AS saat ia sedang memberikan keynote pidato. Saya berbicara di acara-acara yang disiarkan langsung dari berbagai stasiun televisi nasional. Bahkan saya selalu masuk kelas tepat waktu,” ujarnya, Kamis (10 Oktober 2024).

“Ya, ada cerita menarik tentang itu. Jadi, ada dua saat ketika kami sudah sekitar lima atau sepuluh menit setelah rapat dan saya sepertinya belum bangun, dan saya berkata kepadanya, Rapat dimulai sebenarnya masuk duluan dan mengingatkan kita,” kata Herzaky.

Menurut Herzaky, hal ini menunjukkan AHY tidak hanya fokus pada misi nasional, tapi juga memperhatikan setiap detail, termasuk hal-hal kecil di dalam kelas.

Selain disiplin, AHY juga aktif berdiskusi di kelas. Herzaky menjelaskan: “Yang menarik, hampir di setiap kelas, ketika kita masih bingung dan mencoba memahami apa yang baru saja disampaikan kepada kita oleh para dosen, guru besar, dan doktor senior di Unair, AHY selalu menjadi orang pertama yang memahaminya bahan pelajaran guru dan memberikan umpan balik.

Setelah itu diskusi berlanjut. Teman sekelas lainnya tergoda untuk mengutarakan pemikirannya. Oleh karena itu, ia selalu bersedia mengajukan pertanyaan kritis dan menawarkan perspektif baru. Ia tidak hanya mempelajari teori tetapi juga menerjemahkannya menjadi solusi praktis terhadap tantangan yang ada di Indonesia. ”

Selain Pak Herzaki, Pak Sukron Makmun, dosen Universitas Madura, juga menceritakan pengalaman serupa. Saat pertama kali bertemu dengan AHY, ia dan teman-teman sekelasnya awalnya kaget.

“Walaupun Pak AHY berasal dari partai politik besar, namun beliau adalah tokoh nasional dan mudah bergaul dengan teman-teman sekelasnya. “Kami memulai studi pada bulan September 2021, saat pandemi, jadi perkenalan pertama kami hanya terjadi secara online.” responsif dan jujur, kata Skron.

Sukron pun menambahkan cerita saat AHY berhalangan hadir dalam presentasi rombongan karena harus menemani ayahnya Park SBY dalam perjalanan dinas. “Kalaupun tidak bisa ikut, AHY akan mengirimkan materi presentasi dalam bentuk slide dan video. Kalau dia mahasiswa biasa, kalau tidak ikut, mungkin dia hanya santai-santai saja. Kami sangat terkejut melihat komitmennya,” tambah Skron.

Dalam makalah bertajuk “Kepemimpinan Transformasional dan Orkestrasi Bakat Menuju Indonesia Emas 2045”, AHY menyoroti pentingnya kepemimpinan adaptif dalam menghadapi tantangan masa depan. Menurut Herzaky, visi besar tersebut kerap menjadi bahan diskusi di kelas.

Sesi publik tersebut dihadiri oleh akademisi terkemuka, termasuk pendiri Profesor Badri Munir Sukoko dan mantan Menteri Pendidikan Indonesia Dr. Io. Mohammad Noo dari DEA mengatakan AHY pantas menerima gelar doktor atas kontribusinya dalam pengembangan teori kepemimpinan transformasional.

Herzaky menutupnya dengan refleksi pribadi. “AHY merupakan contoh pemimpin yang tidak hanya cerdas dan disiplin, tetapi juga peduli terhadap lingkungannya. Prestasi ini menjadi inspirasi bagi kita semua,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *