Kisah Rexy Mainaky, yang Rela Melepas Peluang Juara All England 1994 Usai Ada Kabar Sedih soal Ayahnya

Kisah Rexy Mainaky yang rela merelakan kans meraih gelar juara All England 1994 usai mendapat kabar duka tentang sang ayah, memang menarik. Pasalnya Rexy yang saat itu berpeluang meraih gelar juara Inggris pertamanya sepertinya sudah menyerah karena sudah tidak ada niat untuk bertarung lagi setelah mendengar ayahnya meninggal.

Rexy sangat sedih mendengar kematian ayahnya menjelang All England 1994. Pikirannya selalu ingin pulang ke kampung halaman, dan dia tidak ada niat untuk bermain.

Keinginan Rexy meninggalkan kompetisi bergengsi tersebut ia sampaikan kepada para pelatihnya, termasuk rekannya Ricky Subagja. Namun, manajernya tetap memaksanya bermain di final All England 1994.

Jadi Rexy terlihat kurang semangat saat bermain. Rexy/Ricky bermain di final All England 1994 melawan rekan senegaranya Rudy Gunawan/Bambang Suprianto.

“Saat akhirnya mencapai final (All England 1994) saya tidak mau bermain, saya hanya bermain (di lapangan) karena ayah saya meninggal pada Desember 1993,” kata Rexy saat diwawancara.

Hebatnya, Rexy/Ricky membayar kegagalan mereka di final All England 1994 hampir setahun kemudian. Ricky/Rexy kemudian memenangkan Kejuaraan All England 1995 dan 1996.

Kemudian, puncak kesuksesan pasangan ini adalah kemenangan di Olimpiade Atlanta tahun 1996 di Amerika Serikat. Rexy/Ricky kini dikenal sebagai salah satu duet terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Ricky/Rexy sebelumnya pernah menjuarai Final Grand Prix Dunia 1992, Piala Dunia (1993, 1995 dan 1997) dan Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 1995. Jadi status dua orang terbaik Tanah Air bukan disebabkan oleh Ricky dan Rexy. Rexy.

Rexy pensiun dari dunia bulutangkis pada tahun 2000, setelah itu ia menjadi pelatih di Pelatnas PBSI yang melatih calon atlet Indonesia. Federasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM) kini sedang sibuk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *