Dikasih Anggaran Rp5 Triliun untuk Bangun 3 Juta Rumah, Menteri Perumahan: Beli Semen Saja Rp15 Triliun

JAKARTA – Menteri Perumahan dan Pemukiman Kembali (PKP) Maruarar Sirait mengungkapkan pagu anggaran kementeriannya sebesar Rp5,078 triliun tidak cukup untuk membangun 3 juta rumah dalam setahun yang menjadi target Presiden Prabowo Subiant.

Maruarar membandingkan alokasi anggaran Otoritas Perumahan Umum pada masa pemerintahan Joko Widodo dengan capaian pembangunan perumahan. Pada tahun 2024, Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR mendapat anggaran kurang lebih Rp 14 triliun. Sekitar 200.000 rumah baru dibangun dengan anggaran ini hingga bulan Oktober.

Bayangkan tahun 2025 anggaran kita Rp5 triliun, kita diminta bangun 3 juta rumah, tahun 2024 anggaran Ditjen Perumahan Rp14 triliun, kita bisa bangun 200.000 unit, kata Ara di kantor Kementerian PUPR. . , pada hari Senin. (28/10/2024).

Menurut dia, alokasi anggaran Kementerian Perumahan Rakyat yang sekitar Rp5 triliun bahkan tidak diperhitungkan untuk membiayai kebutuhan ibu kota Indonesia yang sekitar Rp1,2 triliun. Dengan begitu, anggaran Kementerian Perumahan dan Sumber Daya Alam menjadi 3,8 triliun.

“Saya anggarkan Rp5 triliun, dan dari Rp5 triliun itu, Rp1,2 triliun masuk ke IKN, jadi tersisa sekitar Rp3,8 triliun,” lanjut Ara.

Dalam kesempatan tersebut, menurutnya, beberapa strategi dilakukan untuk menekan biaya pembangunan rumah. Salah satu arahnya adalah interaksi dengan badan usaha, menawarkan insentif berupa dukungan alokasi lahan.

Adapun tanahnya diambil dari tanah sitaan Kejaksaan Agung milik aset BUMN/D untuk pembangunan rumah. Oleh karena itu, pengembang tidak memerlukan pembebasan lahan jika ingin menjadi investor untuk membangun rumah.

Selain itu, Ara mengatakan pihaknya akan melakukan negosiasi diskon pembelian material konstruksi. Menurut dia, hal itu bisa dilakukan jika negara melakukan pembelian besar-besaran di bidang konstruksi.

“Kalau 3 juta, beli semen saja, saya perkirakan sekitar Rp 15 triliun. Dimana pabrik semennya? Kalau kita beli semen harganya Rp 3 triliun dan Rp 10 triliun, beda diskonnya gak? Kalau diskon H besar, harga rumah turun atau tidak?” Ara.

“Anda setuju kalau saya bekerja langsung dengan pabrik untuk menjaga harga tetap rendah, efisien, menjaga harga tetap rendah bagi masyarakat. Apakah ini pernah terjadi?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *