Akhirnya! Ilmuwan Pecahkan Misteri Nyanyian Paus

JAKARTA – Para ilmuwan menemukan teka-teki tentang berapa banyak jenis paus, mamalia terbesar di lautan, yang menghasilkan nyanyian yang rumit dan menghantui.

Paus bungkuk dan jenis paus lainnya, spesies paus yang memiliki penyaring makanan bertulang di mulutnya, telah mengembangkan jenis kotak suara khusus yang memungkinkan mereka bernyanyi di bawah air.

Penemuan yang dipublikasikan di jurnal Nature ini juga mengungkap bahwa dampak kebisingan buatan manusia di lautan sangat mengganggu makhluk laut raksasa tersebut.

Panggilan paus terbatas pada rentang frekuensi sempit yang tumpang tindih dengan suara yang dihasilkan kapal.

“Suara sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka, karena itulah satu-satunya cara untuk menemukan sahabatnya di lautan,” jelas Prof. Coen Elemans dari University of Southern Denmark yang memimpin penelitian tersebut, kepada BBC Indonesia, Jakarta, Senin (26/2/2024).

“(Ini adalah beberapa) hewan paling misterius yang pernah hidup di planet ini. Mereka termasuk hewan terbesar, mereka cerdas dan sangat sosial,” ujarnya.

Paus Baleen merupakan kelompok mamalia laut yang terdiri dari 14 spesies, antara lain paus biru, paus bungkuk, paus sikat, paus minke, dan paus abu-abu.

Alih-alih menggunakan gigi, hewan ini memiliki tulang penyaring yang disebut sungut untuk menyaring sejumlah besar makhluk kecil keluar dari air untuk dijadikan makanan.

Cara pasti lagu-lagu yang rumit dan sering menghantui ini diproduksi telah lama menjadi misteri.

Elemans mengatakan sangat menarik untuk menemukan jawabannya. Dia dan rekan-rekannya melakukan eksperimen dengan laring, atau kotak suara, yang secara hati-hati dikeluarkan dari bangkai tiga paus yang terdampar: paus minke, paus bungkuk, dan paus sei.

Mereka kemudian meniupkan udara melalui struktur besar tersebut untuk menghasilkan suara.

Pada manusia, suara berasal dari getaran saat udara melewati struktur yang disebut pita suara di tenggorokan kita.

Paus, sebaliknya, memiliki struktur berbentuk U yang besar dengan bantalan lemak di bagian atas laring.

Anatomi vokal ini memungkinkan hewan bernyanyi dengan mendaur ulang udara, dan mencegah air terhirup.

Para peneliti membuat model suara di komputer dan menunjukkan bahwa panggilan paus terbatas pada rentang frekuensi sempit yang tumpang tindih dengan kebisingan yang dihasilkan kapal.

“Mereka tidak bisa memilih, misalnya, bernyanyi lebih keras untuk menghindari kebisingan yang kita buat di laut,” jelas Profesor Elemans.

Penelitian ini menunjukkan bagaimana kebisingan laut dapat menghalangi paus untuk berkomunikasi dalam jarak jauh.

Pengetahuan ini sangat penting dalam konservasi paus bungkuk, paus biru, dan hewan laut raksasa lainnya yang terancam punah.

Hal ini juga memberikan wawasan tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para peneliti selama beberapa dekade tentang lagu-lagu aneh ini, yang oleh beberapa pelaut dikaitkan dengan hantu atau makhluk laut mitos.

Pakar komunikasi paus Dr. Kate Stafford dari Oregon State University menyebut penelitian ini sebagai sebuah terobosan.

“Produksi dan penerimaan suara adalah indera paling penting bagi mamalia laut, sehingga penelitian apa pun yang menjelaskan cara mereka mengeluarkan suara berpotensi memajukan bidang ini,” katanya.

Penelitian ini juga memberikan gambaran evolusi tentang bagaimana nenek moyang paus kembali ke laut dari darat dan adaptasi yang memungkinkan komunikasi bawah air.

Cara paus bergigi menghasilkan suara lebih dipahami karena hewan ini lebih mudah dipelajari. Mamalia laut ini, termasuk lumba-lumba, paus pembunuh, dan paus sperma, meniupkan udara melalui struktur khusus di lubang hidung mereka.

Dr Ellen Garland, dari Unit Penelitian Mamalia Laut di Universitas St Andrews, mengatakan: “Saya selalu bertanya-tanya bagaimana paus, khususnya paus bungkuk, yang menjadi fokus penelitian saya, sebenarnya mengeluarkan berbagai macam suara yang mereka buat.

“Mempelajari paus besar sangatlah menantang, mencoba mencari tahu bagaimana mereka mengeluarkan suara ketika Anda bahkan tidak dapat melihat di bawah air ketika vokalisasi menambah tingkat kesulitan, sehingga para peneliti ini sangat kreatif,” katanya.

Dr Stafford mengatakan kemampuan mamalia untuk membuat sinyal vokal yang kompleks sangatlah luar biasa dan menyoroti betapa istimewanya hewan-hewan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *