Alasan McDonald’s Beli Semua Gerai di Israel

JAKARTA – McDonald’s akan membeli kembali seluruh restorannya di Israel seiring merosotnya penjualan di tengah serangkaian boikot global terhadap perusahaan makanan cepat saji Amerika Serikat (AS) yang dinilai mendukung Israel dalam perang melawan Hamas di Gaza.

Keputusan McDonald’s untuk mengambil alih kepemilikan cabangnya di Israel menarik perhatian perusahaan waralaba di Israel, Alonial, dan CEO-nya, Omri Padan.

Pada hari Kamis, 4 April 2024, tiba-tiba diumumkan bahwa Alonial akan menjual waralaba yang luas tersebut kepada raksasa makanan AS. Namun, McDonalds tidak mempublikasikan isi perjanjian tersebut.

McDonald’s diketahui telah menandatangani perjanjian pembelian 225 gerai dari Alonial Ltd yang telah memiliki lisensi di Israel selama lebih dari 30 tahun.

Sekadar informasi, McDonald’s mengoperasikan sistem waralaba dalam menjalankan bisnisnya. Dimana setiap operator di setiap negara berwenang mengoperasikan gerai dan mempekerjakan staf.

Setelah kesepakatan tercapai, McDonald’s akan mengambil alih restoran dan operasi Alonial dalam beberapa bulan mendatang, sambil mempertahankan karyawannya.

Namun, gerakan boikot muncul di beberapa negara setelah kampanye McDonald’s Israel yang memberikan makanan gratis kepada pasukan Israel pada awal serangan Oktober 2023 di Jalur Gaza.

Raksasa makanan cepat saji global itu langsung mendapat kecaman setelah Omri Padan menawarkan makanan gratis.

Boikot tersebut terjadi setelah negara-negara mayoritas Muslim seperti Kuwait, Malaysia dan Pakistan mengumumkan bahwa mereka menarik diri dari perusahaan tersebut karena dukungannya terhadap Israel.

Meski demikian, Padan bukanlah sosok baru dalam pusaran konflik Israel-Palestina. Selama 30 tahun restoran McDonald’s beroperasi di Israel, pengusaha Israel tersebut menimbulkan beberapa kontroversi.

Misalnya saja pada tahun 2013, Omri Padan membuat marah gerakan pemukim Israel. Padan menolak seruan untuk membuka cabang jaringan makanan cepat saji McDonald’s di pemukiman Ariel di Tepi Barat yang diduduki.

Padan mengatakan, perusahaan yang dipimpinnya memiliki kebijakan untuk tidak memasuki wilayah pendudukan. Pada saat itu, keputusan tersebut tidak dikoordinasikan dengan kantor pusat McDonald’s di AS.

Sejak merebut Tepi Barat dan Yerusalem Timur dalam perang Timur Tengah tahun 1967, Israel telah membangun sekitar 160 permukiman, yang merupakan rumah bagi sekitar 700.000 orang Yahudi, yang diinginkan Palestina sebagai bagian dari negara masa depan mereka.

Sebagian besar komunitas internasional menganggap permukiman tersebut ilegal menurut hukum internasional, meskipun Israel membantahnya.

Padan adalah salah satu pendiri kelompok “Peace Now”, yang menentang semua permukiman dan menganggapnya sebagai hambatan bagi perdamaian.

Peace Now mengatakan Padan sudah tidak lagi menjadi anggota kelompok yang didirikan pada tahun 1978 itu.

Ketua Dewan Yesha, organisasi payung warga, mengatakan pada saat itu bahwa McDonald’s telah berubah menjadi perusahaan dengan “agenda politik anti-Israel.”

Baca selengkapnya. Penjualan anjlok dan McDonald’s membeli semua lokasi di Israel sebagai akibat dari boikot tersebut

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *