Angka Kematian Bayi Akibat Sakit Jantung Bawaan Tinggi, Dokter Ini Bikin Sistem Prediksi Mortalitas

JAKARTA – Masih tingginya angka kematian anak akibat penyakit jantung bawaan menjadi permasalahan serius yang perlu ditangani.

Mencoba mengatasinya, Dr. Suprohaita Budiyarso, SpA(K), MKM, melakukan penelitian untuk meraih gelar PhD dengan judul tesis “Model Sistem untuk Memprediksi Risiko Kematian pada Bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan di RSAB Harapan Kita, Jakarta”.

Dalam pemaparannya pada sidang terbuka doktoral yang digelar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM UI) Depok, Dr. Ita mengutip laporan WHO yang menyebutkan 7% angka kematian bayi (AKB) disebabkan oleh cacat lahir.

Dari 7 persen tersebut, penyakit jantung bawaan (PJK) menyumbang 25 persen kematian bayi.

Hasil penelitian konsultan ahli jantung anak di RSAB Harapan Kita Jakarta antara lain menyimpulkan bahwa metode first scoring system berdasarkan pemodelan dengan determinan anak dan ibu dapat digunakan untuk memprediksi angka kematian anak penderita penyakit jantung bawaan dengan baik. prognosa. akurasi berdasarkan kurva ROC sistem penilaian, menghasilkan AUC sebesar 0,745 (95% CI 0,668 – 0,812) dengan nilai p sebesar

Pada penelitian ini diperoleh uji sensitivitas dan spesifisitas sistem skoring dan diperoleh skor >67 dengan sensitivitas 72,15% dan spesifisitas 63,01%.

Metode penelitian ini adalah studi tindak lanjut kohort neurospektif, yang secara khusus mengevaluasi tingkat kelangsungan hidup anak-anak penderita CSF selama satu tahun masa tindak lanjut di Rumah Sakit Kita, Harappan.

“Ini adalah model unit pertama yang mengikuti bayi hidup yang lahir dengan PJK dan melihat apakah mereka hidup atau mati. Apa diagnosisnya, berat badan lahir, usia kehamilan, berapa skor Apgar yang mengukur kebugaran, apakah mereka mengalami dispnea, hingga satu tahun. kematian dikumpulkan dan dianalisis selama 1 tahun. “Statistik dianalisis secara univariat, multifaktorial, untuk mendapatkan determinan utama kematian.

Estimasi tersebut, dalam bentuk rumus persamaan linier, nantinya dapat diterapkan pada layanan bersalin. Faktor kunci seperti klasifikasi kritis atau penyakit jantung bawaan kritis yang fatal antara 1 dan 7 hari kelahiran tetap menjadi penyebab kematian terbesar dalam analisis ulang, faktor lain seperti klasifikasi sindrom dan berat lahir di bawah 1500 gram.

Pada anak-anak berisiko tinggi, tindakan segera harus diambil, seperti memasang stent pada pembuluh darah atau, jika menyempit, menggunakan balon, dll.

Ketua Departemen Kerja Koordinasi Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Rizky Andriansyah SpA(K), MKed., yang turut serta dalam promosi doktor menyampaikan bahwa Dr. Proposal disertasi Ita membantu pengobatan penyakit jantung bawaan pada bayi yang bisa berakibat fatal.

“Tidak mungkin ada 12.000 anak dengan kelainan bawaan dan hanya 6.000 yang dirawat, maka dokter asing adalah solusinya,” kata Rizki.

“Membantu diagnosis, sistem rujukan multi level yang menghadapi jumlah dokter spesialis jantung anak yang hanya ada di 16 provinsi,” imbuhnya.

Jumlah pasti anak yang mengidap penyakit bawaan masih dapat diperkirakan karena belum adanya Daftar Burung Negara dan peralatan rumah sakit di daerah yang tidak sama dengan di kota-kota besar.

Sistem penilaian ini setidaknya dapat membantu bidan, dokter keluarga, dan dokter anak. Mempercepat diagnosis penyakit jantung bawaan termasuk dalam kategori apa dan langkah apa yang harus segera dilakukan untuk menyelamatkan nyawa bayi Indonesia.

Dari penelitian yang dilakukan Dr Ita, beliau menyarankan agar dilakukan penelitian selanjutnya dengan jumlah sampel yang lebih besar atau penelitian multi subjek untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Sementara itu, penyedia layanan kesehatan dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan bagi penyedia layanan kesehatan dalam memberikan layanan kepada anak dengan PJK.

“Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki sistem pendataan anak PJK mulai lahir hidup hingga tindak lanjut jangka panjang. Pengelolaan data ini akan memudahkan penelitian lebih lanjut dan modifikasi sistem penilaian untuk menyempurnakan sistem penilaian yang ada. dia menyimpulkan.

Sidang terbuka di FKM UI tersebut antara lain dihadiri oleh Wakil Presiden MPR RI Ahmad Muzani, Staf Khusus Presiden Yuriy Ardiantoro, Komisioner KPPU Budi Joyo Santoso, Dr. Natanegaran, Sekretaris Badan Strategi Kebijakan Hukum dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta rekan medis dan tamu lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *