Peristiwa itu melibatkan bus wisata Trans Putera Fajar di kawasan Siater, Subang, Jawa Barat. Diduga rem bus terjatuh saat truk menabrak sepeda motor yang sedang parkir.
Menurut laporan, sembilan orang tewas akibat kecelakaan tersebut, dan banyak pelajar dilarikan ke rumah sakit. Sebagian siswa dipulangkan ke Depok, Jawa Barat, karena tidak mengalami luka serius. Dalam permohonan Mitra Darat, bus tersebut tercatat tidak memiliki surat izin lalu lintas dan masa berlaku uji berkalanya habis pada 6 Desember 2023.
Hal ini menegaskan bahwa bus wisata tidak dilengkapi dengan dokumen sah atau palsu. Untuk mengatasinya, ada banyak cara untuk memilih bus yang tepat, kata Djoko Setijowarno, Kepala Pusat Pemasaran dan Komunitas Asosiasi Transportasi Indonesia (MTI).
Dioco juga mengimbau masyarakat memastikan pengemudi memahami kondisi jalan yang dilalui. Penyewa merekomendasikan untuk mendapatkan dua pengemudi, meskipun itu hanya perjalanan sehari.
“Jangan tergiur menawarkan sewa murah tapi tidak ada jaminan keamanan. “Boleh berangkat, boleh pulang,” kata Unika Soegijapranata, lulusan program teknik sipil, dalam keterangan resmi.
Selain itu, Dioco meminta Badan Perhubungan Nasional Kementerian Perhubungan melakukan inspeksi grating atau pengecekan keselamatan bus wisata. Jika salah satu komponen ditemukan salah, maka bus mungkin tidak berfungsi.
“Metode transportasi seperti bus wisata rawan kecelakaan sehingga perlu dilakukan uji kelaikan jalan secara berkala, tidak hanya pada saat hari libur. “Bus harus mulai mengikuti keamanan,” katanya.
Dioco juga menghimbau para pemangku kepentingan untuk terus berupaya menjaga keselamatan dalam seluruh aktivitas transportasi, apalagi saat ini musim hujan telah tiba. Selain itu, destinasi wisata biasanya terletak di jalan yang berbahaya.
Terkait kecelakaan bus di kawasan Siyater, polisi masih menyelidiki dan mengumpulkan informasi di sana. Pihak kepolisian masih mendokumentasikan kerusakan yang terjadi, termasuk para korban dalam kejadian tersebut.
