Cerita Petani Mawar Kesulitan Dapat Modal

JAKARTA – Para petani bunga sudah lama bermimpi untuk menggalakkan budidaya mawar. Sayangnya impian tersebut pupus karena sulitnya mendapatkan modal bagi para petani mawar.

Salah satu petani bunga mawar, Fitri Hariani, mengaku gemar bertani dan mengikuti program tersebut sejak kecil. Menanam bunga mawar bukanlah hal baru baginya.

Sejak kecil, ia bergelut dengan tanaman mawar yang ditanam orang tuanya. Di Desa Nagliman, tempat ia dilahirkan, menanam bunga mawar sudah menjadi profesi bagi sebagian warga.

“Sayang sekali pembangunan industri tidak berjalan. Jangan pernah lupa mendapat dukungan permodalan, tidak pernah mendapat ilmu budidaya bunga mawar yang baik,” ujarnya, Minggu (19/5/2024).

Meski sudah menanam bunga mawar sejak kecil, ia mengaku belum mengetahui teknik budidaya secara lengkap, termasuk mengukur keasaman tanah.

Fitri kemudian menceritakan awal mula dirinya bergabung dengan PNM Mekar sebagai pengguna tujuh tahun lalu. Kemudian ia bertemu dengan Petugas Akuntansi PNM Unit Bribek yang datang ke desanya untuk memaparkan program PNM Mekar.

“Sudah tujuh tahun menjadi klien PNM, saya membantu, terutama Rose Capital dan manajemen,” kata Fitri.

Hal serupa juga terjadi pada Jamie Nooryanthi, petani mawar yang sudah delapan tahun menjadi pelanggan Mekar. Ia tak menyangka bisa mendapatkan modal usaha hingga Rp 2 juta hanya dengan memberikan KTP saja.

Meminjam dari lembaga lain sulit dilakukan. “Alhamdulillah kehadiran PNM Mekar sangat membantu usaha mereka,” kata Jamie.

Kepala Cabang PNM Kederi Meezan Saroni menilai wilayah Kabupaten Nganjok cocok dijadikan cluster mawar. Pasalnya, letak geografis Desa Nagliman yang berada di pegunungan sangat cocok untuk budidaya bunga mawar.

“Kami menangani mereka satu per satu, hingga populasi petani mawar terus bertambah,” kata Meezan.

PNM membentuk kelompok petani mawar yang kini berjumlah 30 orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *