Feri Amsari Bilang Tak Ada Kekurangan Menteri, tapi Hasrat Bagi-Bagi

JAKARTA – Pakar konstitusi Feri Amsari mengkritisi wacana penambahan jumlah menteri menjadi 40 kursi di kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Wacana tersebut terlihat sama sekali tidak membuat pemerintah menjadi lebih efisien, bahkan ditengarai terjadi kesepakatan atau pembagian kekuasaan.

“Bagi saya diputuskan penunjukan menteri yang ada tetap dipertahankan, karena semua kegiatan sudah terpenuhi,” kata Feri, Selasa (7/5/2024).

Selain itu, ia juga menanyakan rencana makan siang gratis yang digagas oleh Prabowo-Gibran. Dia mengatakan, jelas Menteri Sosial bisa melaksanakan rencana tersebut tanpa menambah menteri baru.

“Mensos makan siang yang susah dirahasiakan agar tidak ada pemborosan anggaran,” ujarnya.

Ia menilai yang terpenting adalah penyederhanaan jumlah kementerian. Jika benar terjadi penambahan, Feri menduga ada transaksi lain dengan menteri.

“Yang paling penting adalah menyederhanakan jumlah properti. Kalau logikanya menambah beberapa properti, pasti ada transaksi lain saat pembahasan,” jelasnya.

Pengaruh berbahaya juga akan terjadi jika benar terbentuk kabinet dengan 40 menteri. Kalau suatu partai tidak merasa masih kekurangan, maka akan mencapai 45 atau bahkan 50 menteri.

“Apa jadinya kalau besok undang-undang itu disahkan, bagaimana kalau 50? Ada sekitar 16 menteri baru yang intinya tidak ada gunanya bagi negara ini. Jadi berapa banyak pemborosan yang terjadi kalau undang-undang itu kemudian diubah,” jelasnya.

“Saya belum pernah dengar ada kekurangan menteri pasca UU 39/2008 hingga saat ini, yang hilang adalah keinginan berbagi kekuasaan,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *