Hukuman Separatis Taiwan dari China

TAIPEI – Untuk menjaga Taiwan tetap terkendali, Tiongkok baru-baru ini mengeluarkan pedoman baru mengenai hukuman mati bagi mereka yang bersalah karena terus memisahkan diri demi kemerdekaan Taiwan.

Pedoman Tiongkok dikeluarkan sesuai dengan undang-undang yang ada. termasuk Undang-Undang Anti-Suksesi tahun 2005, menurut Reuters. Undang-undang ini menjadi dasar hukum bagi Tiongkok untuk mengambil tindakan militer terhadap Taiwan. Jika suatu negara memisahkan diri atau tampak memisahkan diri dari dirinya sendiri

Menurut Voice of America, pedoman baru tersebut diumumkan pada Jumat (21/06/2024) sebagai upaya untuk meningkatkan tekanan Tiongkok terhadap Taiwan setelah Presiden Lai Ching-teko terpilih pada Januari dan mulai menjabat bulan lalu. Tiongkok telah mengungkapkan bahwa mereka tidak menyukai Lai. Ia digambarkan sebagai ‘separatis’ dan melakukan aktivitas perang segera setelah menjabat.

Lai pun memberikan jawabannya pada konferensi pers yang digelar di Istana Kepresidenan Taipei terkait pedoman yang baru-baru ini dikeluarkan China.

“Saya ingin menekankan bahwa demokrasi bukanlah kejahatan. Ini sebenarnya adalah kediktatoran yang jahat. Tiongkok tidak berhak melarang orang Taiwan karena status mereka.” Tiongkok tidak punya hak untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Taiwan di seberang perbatasan,” kata Lai, lapor NDTV.

Hal ini ditambah dengan dikeluarkannya pedoman hukuman mati bagi separatis Taiwan yang mendukung kemerdekaan negara tersebut. Tiongkok juga meningkatkan tekanan dengan meningkatkan penerbangan militer Tiongkok dan melakukan ‘patroli kesiapan tempur bersama’ di dekat pulau tersebut. Taiwan mendeteksi 115 pesawat militer Tiongkok beroperasi di dekat pulau itu antara Kamis dan Minggu, hanya 57 kilometer dari ujung selatan pulau itu.

Menurut Deutsche Welle, seiring dengan meningkatnya sikap Tiongkok untuk melarang perjalanan ke Taiwan, presiden Taiwan telah memperingatkan bahwa jika tindakan ini diambil, hubungan kedua negara akan memburuk. Kami mendesak Tiongkok untuk bersedia bertukar pikiran dan bernegosiasi dengan pemerintah Taiwan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *