Iko Uwais Ingin Tinggalkan Hollywood, Fokus Kembangkan Film Action di Indonesia

JAKARTA – Iko Uwais tiba-tiba mengumumkan mundur dari film Hollywood yang mengharumkan namanya hingga mendunia. Pasalnya Aiko ingin fokus bekerja di tanah air.

Aiko merasa sudah saatnya melahirkan kembali action figure generasi muda yang mampu berkarier di tanah air dan internasional. Ke depannya, Iko ingin membuat film aksi di Indonesia.

Baik

“Saya butuh kaderisasi, ini bukan soal pondasinya apa, ini soal keimanan. Insya Allah saya punya dua rencana, saya akan meninggalkan Hollywood,” kata Igo Uwais di kawasan M.H Tamrin, Jakarta Pusat.

Diketahui, suami Audi Item ini pernah terlibat dalam beberapa film bergengsi Hollywood, salah satunya The Expendables 4. Aiko sudah memantapkan namanya di industri Hollywood. Bukan karena dirinya sendiri, Iko Uwais mengharumkan nama Indonesia dengan memperkenalkan budaya Indonesia melalui pencak silat.

“Saya dikenalkan dengan budaya Indonesia, saya dikenalkan dengan pencak silat dan itu sudah cukup bagi saya,” jelasnya.

Pengalaman dan pelajaran berharganya akan ia bawa ke Indonesia selama proyek film Hollywood. Aiko ingin memajukan budaya Indonesia termasuk film action di Indonesia agar kedepannya berkualitas.

“Saya ingin mengembangkan budaya kita dan membuat film Indonesia dengan film action.

Selain film laga, Iko Uwais ingin memadukan berbagai genre dalam satu film. Pasalnya menonton film action yang hanya menampilkan adegan perkelahian merupakan perasaan yang monoton.

“Film drama, romance, dan horor itu penting, begitu juga action, semua itu bisa dipadukan. Film horor ada drama, romance, dan horor. Film action tanpa drama itu menggembung, menggembung, memekik, tidak ada rasanya” – he dikatakan.

Dia ingin menunjukkan bagaimana mengemas adegan perkelahian ke dalam film aksi, daripada orang-orang yang saling memukul di luar ritme.

Meskipun ia tidak lagi berencana untuk terjun ke dunia film Hollywood, Aiko akan terus bekerja di negara asalnya karena ia ingin dikenang atas karya terbaiknya.

Ia menyimpulkan, “Koreografi aksi tidak bisa mengalahkan satu sama lain, harus ada keindahan dan ritme. Film itu abadi, dan jika kita tidak lagi punya karya, film akan menjadi warisan abadi.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *