Ini Hasil Studi Produk Tembakau Alternatif

JAKARTA – Guru Besar Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi Universitas Padjatjaran (ANPED) Amalia mengungkap hasil kajian produk tembakau alternatif.

Ia menjelaskan, penggunaan produk tembakau lainnya bisa menjadi strategi untuk menurunkan jumlah perokok di Indonesia yang berpenduduk 57 juta jiwa.

“Karena produk ini telah teruji dalam penelitian ilmiah menggunakan konsep pengurangan dampak buruk untuk mengurangi faktor risiko,” ujarnya pada konferensi Asia Pacific Harm Reduction Forum (APHRF) Jakarta 2024 di Jakarta. Center (JCC) baru-baru ini.

Hal ini diperkuat dengan studi klinis yang dilakukan Universitas Padjadjaran bertajuk ‘Respon Nikotin dan Gusi pada Perokok vs Pengguna Vape Saat Terpapar Penyakit Gusi Buatan’ yang diterbitkan pada tahun 2021.

Dalam penelitian ini 15 partisipan berusia 18-55 tahun dibagi menjadi tiga kelompok dengan distribusi gender yang tidak merata. Kriteria pertama adalah seorang perokok dengan durasi merokok minimal satu tahun.

Kriteria kedua adalah pengguna produk tembakau alternatif yang beralih dari rokok yang telah dipakai minimal satu tahun. Kriteria ketiga adalah tidak merokok.

Selama peradangan, peserta diinstruksikan untuk tidak menyikat gigi selama 21 hari. Hasilnya, pengguna produk tembakau alternatif yang beralih dari rokok menunjukkan respons yang lebih baik terhadap penumpukan plak atau infeksi bakteri dibandingkan dengan bukan perokok.

Hasil studi klinis ini memberikan bukti ilmiah bahwa alternatif pengganti rokok berhasil menurunkan risiko, karena risikonya berkurang, maka pemerintah harus terbuka terhadap penggunaan produk tersebut untuk mengurangi kebiasaan merokok, terutama di kalangan perokok dewasa, sehingga kualitasnya. bidang kesehatan akan semakin membaik. “Kami juga mendorong pemangku kepentingan lain untuk berkolaborasi dalam mensosialisasikan hasil temuan ini. Perlu ada penunjukan dari pemerintah,” ujarnya.

Saat ini, hasil penelitian ilmiah di dalam dan luar negeri telah menegaskan bahwa produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik (vape), produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin tidak terlalu berbahaya dibandingkan rokok rokok.

Dr dari Kolonel Marinir Yun Mukmin Akbar. TNI AL. Mindohardjo menjelaskan, merokok juga menjadi masalah di kalangan prajurit.

Di Amerika Serikat, sekitar 30% personel militer aktif melaporkan merokok, dengan angka tertinggi di Angkatan Darat dan Korps Marinir. Saat ini di Inggris, sekitar 25% tentara merokok, dengan prevalensi lebih tinggi di kalangan anggota muda dan pangkat lebih rendah. Di Australia, tingkat merokok di kalangan pasukan pertahanan adalah sekitar 20%.

Faktor risiko prevalensi merokok di kalangan militer meliputi lingkungan yang penuh tekanan, tekanan teman sebaya, dan penerimaan publik. Tingkat merokok cenderung lebih tinggi pada kelompok usia muda dan berstatus lebih rendah. “Merokok lebih banyak terjadi pada pekerja laki-laki,” kata Yun Mukhmim.

Untuk mengurangi kebiasaan merokok, lanjut Yun Mukmin, militer dunia sudah mulai menggunakan konsep pengurangan risiko. Ada empat pilar utama dalam penerapan konsep ini, yang meliputi kebijakan, pendanaan dan sumber daya, keterlibatan masyarakat, serta pelatihan dan pendidikan.

Dari keempat pilar tersebut dirumuskan tiga strategi masuk. Pertama, program berhenti merokok komprehensif yang memungkinkan dilakukannya konseling penggantian nikotin. Strategi kedua adalah kebijakan bebas asap rokok pada peralatan militer. Terakhir, kampanye edukasi melalui program untuk mempromosikan budaya bebas rokok dengan menyadarkan masyarakat akan bahaya merokok bagi kesehatan.

“Tidak dapat dipungkiri bahwa merokok sudah menjadi hal yang lumrah di dunia militer. Untuk mengendalikan jumlah perokok di dunia militer, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah menyadari bahwa aktivitas berbahaya seperti merokok sangatlah sulit bagi sebagian orang. Perokok harus berhenti, jadi kita perlu menerapkan strategi yang dirancang sejak awal penggunaannya. Produk-produk berisiko rendah akan dihentikan sama sekali,” kata Yun Believer.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *