Ini Tanggapan Arema FC Terkait Penolakan Wali Kota Blitar soal Penggunaan Stadion Soepriadi sebagai Markas Singo Edan

MALANG – Tawaran Arema FC menjadikan Stadion Soepriadi sebagai markas Ligue 1 2024-25 tak berjalan baik. Sebab Blitar mendapat tentangan dari Walikota yang alasannya adalah penggunaan proteksi.

Diskualifikasi tersebut mencerminkan gangguan yang terjadi pada laga Piala Gubernur antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada 18 Februari 2020. Menanggapi hal tersebut, manajemen Arema FC pun angkat bicara.

General Manager Arema FC Muhammed Yusrinal Fitriandi mengakui ada beberapa proses dan perbedaan pendapat terkait penggunaan stadion di Kelurahan Kepanjen Lor, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar saat proses persetujuan Stadion Soepriadi di – Kota Blitar.

Oleh karena itu perlu adanya dialog agar pemahamannya setara.

Muhammad Yusrinal Fitriandi, Jumat (6 Juli 2024), mengatakan diperlukan upaya dialog untuk menyamakan persepsi kreatif.

Ia mengaku sangat terbuka untuk berbicara dengan semua pihak, termasuk kepada Wali Kota Blitar Santoso yang menolak keputusan Arema FC yang memiliki rumah sementara di Stadion Soepriadi Blitar.

Manajemen Arema FC terbuka membicarakan hal ini setelah melakukan tinjauan internal pada pekan lalu, dan setelah bertemu dengan PSSI setempat, serta setelah pertemuan informal dengan Kapolda Blitar dan Kasatintelkam pada Kamis pekan lalu, kata dia.

Inal, sapaan akrabnya, mendapat penilaian dari Polri sehingga ada alasan kuat untuk mengusulkan penggunaan Stadion Soepriadi di Blitar sebagai alternatif kandang atau markas alternatif Liga 1 2024/2025. musim. Markas tentang kesesuaian stadion Soepriadi untuk turnamen.

“Itu ada standarnya, salah satunya Stadion Soepriadi sudah terklasifikasi sejak diusulkan jadi venue liga 2 Januari lalu,” ulang Inal.

Hal inilah yang menjadi dasar manajemen Inal Singo Edan mengirimkan surat kepada PSSI Blitar dan Pemkot Blitar. “Secara administratif sudah berjalan, penilaian dari Polri. Ini surat yang diserahkan ke PSSI Blitar dan Pemerintah Kota Blitar,” tutupnya.

Sebelumnya, Wali Kota Blitar Santoso mengutarakan alasannya menolak berdirinya Arema FC di Blitar pada Liga 1 musim 2024/2025 sambil menunggu renovasi Stadion Kanjuruhan di Kepanjen, Malang. Pasalnya, sebagian besar warga Blitar masih trauma dengan kekerasan yang dilakukan masyarakat Aremania terhadap Persebaya Surabaya di babak semifinal Piala Gubernur Jatim.

Saat itu terjadi kerusuhan antara suporter dan warga sekitar stadion yang terlibat, kata Santoso. Konon warung, sawah, hingga mesin milik warga Blitar pun tak luput dari amukan massa. Itupun mobil warga Blitar dibakar. Saat terjadi kerusuhan pascalaga di Blitar pada 18 Februari 2020.

Saat itu, Persebaya mengalahkan Arema FC 4-2 untuk mengamankan tempat di babak final Piala Gubernur Jawa Timur 2020.

Arema FC terpaksa menjadi tim tandang selama dua musim terakhir akibat tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 yang memakan 135 korban jiwa. Selama dua musim tersebut, Arema FC menggunakan Stadion PTIK di kompleks Akademi Ilmu Kepolisian. , Jakarta, Kapolri I Wayan Dipta, dipindahkan ke Gianyar, Bali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *