Kenapa Eropa Timur Susah Juara di Euro? Ini Alasannya

Mengapa Eropa Timur sulit memenangkan Euro? Ternyata inilah alasannya. Euro 2024 sendiri diketahui menjadi ajang paling menarik saat ini. Sebanyak 24 tim nasional terbaik Eropa bersaing memperebutkan gelar juara sepak bola kontinental.

Namun, dibalik kemeriahan kompetisi yang berlangsung empat tahun sekali ini, terdapat fakta menarik bahwa sangat sulit bagi negara-negara Eropa Timur untuk menjadi juara. Dalam sejarah, hanya Uni Soviet yang memenangkan kompetisi pertama pada tahun 1960, disusul Yunani pada tahun 2004.

Beberapa wilayah di Eropa Timur nampaknya hanya mendapat tambahan di Euro. Di Euro 2024, setidaknya separuh pesertanya berasal dari Eropa Timur. Diantaranya adalah Hongaria, Albania, Kroasia, Slovenia, Serbia, Polandia, Rumania, Ukraina, Turki, Republik Ceko, dan Georgia.

Namun sayangnya, tidak ada satu pun negara dari daftar negara juara yang diharapkan. Yang terbaik adalah Kroasia. Diperkuat beberapa bintang dunia, Tanah Air diharapkan bisa meraih prestasi besar di kejuaraan Euro 2024 namun belum diberi peluang besar untuk meraih gelar juara.

Mengapa negara-negara Eropa Timur sulit menjadi juara Euro? Jawabannya sangat kompleks.

Alasan paling mendasar adalah ketidakstabilan politik yang terjadi di negara-negara tersebut yang berdampak pada hal lain. Situasi ini juga mempengaruhi kualitas sepak bola.

Banyak negara Eropa Timur yang menjadi bagian dari Uni Soviet dan Yugoslavia. Konflik politik dan militer sering terjadi di negara-negara tersebut sehingga menyebabkan sepak bola tidak dapat berjalan dengan baik di negara-negara tersebut.

Konflik seringkali berujung pada terhentinya aktivitas klub dan tim nasional sehingga berujung pada penurunan kualitas. Tentu saja, beberapa kontroversi telah mengakibatkan negara-negara dilarang mengikuti kompetisi internasional, termasuk Euro 2024. Hal serupa juga terjadi di Rusia saat ini.

Ketidakstabilan politik di negara-negara tersebut juga mempengaruhi keuangan mereka. Selama masa kejayaan Uni Soviet dan Yugoslavia, banyak negara Eropa Timur mengadopsi komunisme dalam sepak bola, baik tim maupun tim nasional didanai sepenuhnya oleh pemerintah.

Negara-negara ini tidak memiliki rencana untuk bekerja sama dengan sektor swasta. Oleh karena itu, ketika negara mengalami krisis politik dan perekonomian nasional terpuruk, klub dan tim nasional tidak dapat berfungsi dengan baik.

Ketidakjelasan sepakbola di negara-negara tersebut membuat banyak pemain asal Eropa Timur merantau ke negara lain termasuk Eropa Barat. Apalagi di Eropa Barat, pemain bisa mendapat gaji besar dan lingkungan sepakbola sangat bagus.

Saat eksodus besar-besaran ini terjadi, negara-negara Eropa Timur kerap terlambat memanggil pemainnya sendiri untuk membela tim nasionalnya. Akibatnya, para pemain dibujuk untuk bermain di negara-negara Eropa Barat yang mana sepak bola lebih aman.

Contohnya adalah Granit Xhaka dan Xherdan Shaqiri. Kedua pemain ini berasal dari Kosovo yang memutuskan bermain untuk Swiss. Lalu ada Lazar Samardzic yang berasal dari Serbia namun bermain di Jerman pada kelompok umurnya. Masih banyak kasus serupa lainnya.

Inilah sebabnya mengapa sulit bagi negara-negara Eropa Timur untuk memenangkan Euro.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *