Khanaan Gelar Tribute to Palestine, Usung Gaya Art Deco di Koleksi Raya dengan Paduan Pola Batik dan Bordir

KHANAAN mampu mempertahankan eksistensinya sebagai desainer selama 15 tahun. Tahun ini, ia memperkenalkan karya-karya baru yang diperkenalkan pada acara Private Viewing Sierra Raya 2024 dan Tribute to Palestine.

Desainer Khanan konsisten berdandan menggunakan sastra Indonesia. Kepeduliannya tak lain hanyalah mengenalkan para pecinta fashion akan manfaat kain Tanah Air.

Khanan mengikuti peragaan busana tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Upaya ini selain memperkuat branding, juga memperkenalkan karya-karya menariknya. Khanan tertarik menjajaki pasar di Eropa.

“KHANAAN didirikan pada tahun 2009, namun dengan teknik sastra khas Indonesia dan teknik membatik tradisional,” kata Khanan kepada newfictionwriters.com, Sabtu (16/3/2024).

Menurutnya, koleksi KHANAAN memiliki ciri khas pada setiap koleksinya. Dimana terinspirasi dari budaya yang menginspirasinya untuk menciptakan garis atau pola baru di setiap koleksinya.

“KHANAAN selalu berupaya melakukan pengembangan dan evaluasi setiap tahunnya. Pada tahun 2015, KHANAAN memperluas kategori koleksinya dari produk made to order menjadi produk siap pakai. Namun tetap dikembangkan dan diproduksi dengan teknik kerajinan tangan termasuk teknik bordir yang dikembangkan. oleh khanaan pada tahun 2019. selesai,” ujarnya.

Kualitas kuat KHANAAN terlihat dari karya-karya yang baru-baru ini dipamerkan di pameran pribadi Sierra Raya Collection 2024 dan The Manor Andara, sebuah penghormatan kepada Palestina pada tanggal 5 Maret.

Kali ini KHANAAN menghadirkan koleksi yang terinspirasi dari era Art Deco 1920-1930. Ia memadukan motif budaya khas era Art Deco dengan bentuk linier yang elegan dengan dekorasi bergaya dan seringkali geometris.

“Khanan memadukan pola batik dan bordir yang dihadirkan dengan arsitektur gaya Art Deco di Casablanca, Maroko. “Ini merupakan perpaduan arsitektur Barat modern dengan desain tradisional Maroko,” katanya.

Gaya Art Deco di wilayah ini, yang biasa dikenal dengan arsitektur Mauresque, memadukan fasad lengkung gaya Art Deco Prancis dengan gaya ubin Islami.

Dalam kesempatan tersebut, Khanan juga berbicara mengenai pengumpulan upeti untuk Palestina. Ia mengaku terinspirasi dari kecintaan masyarakat Palestina terhadap pohon zaitun.

“Pohon zaitun ini melambangkan perlawanan mereka terhadap tanah airnya. Selain itu, pohon zaitun juga bisa hidup ribuan tahun meski ada angin kencang dan kondisi tanah, jadi ini menggambarkan tekad dan ketekunan mereka,” ujarnya.

Selain bentuk sulaman ranting zaitun yang rumit, koleksinya juga mengambil inspirasi dari kain sulaman tradisional Palestina Khanan, tatrage. Khanan mengambil motif tatrage berupa rose damask dengan teknik bordir warna nude, hitam, hijau dan merah.

Melalui koleksi ini, Khanan memberikan bukti bagaimana masyarakat dapat menjadi cermin sekaligus secercah harapan bagi tantangan yang dihadapi masyarakat. Ia mengatakan bahwa ia mengungkapkan inspirasi yang tak henti-hentinya ada di masyarakat.

Menurutnya, setiap detail mencerminkan keinginan yang melekat untuk mendobrak tradisi, cita-cita, dan hambatan. Ini bukan hanya sekedar pakaian, tapi juga ikon budaya dinamis yang menegaskan tempatnya di panggung dunia.

“50 persen keuntungan dari seluruh penjualan selama penayangan pribadi didedikasikan untuk Kanaan Palestina,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *