Kisah Jayabaya Bawa Kediri Berjaya dengan Satukan Kerajaan yang Dipecah Airlangga

JAKARTA – Jayabaya menjadi raja paling terkenal di Kerajaan Kediri. Raja Jayabaya merupakan sosok yang dikenal memiliki kekuatan misterius yang diyakini tidak binasa melainkan kehilangan nyawa.

Jayabaya dikenal dengan ramalannya dengan Istilah Jayabaya. Kenangan Pamuksan Sri Aji Jayabaya, tempat diyakininya keberadaan Raja Moksa, hingga saat ini masih diyakini sebagai tempat suci yang banyak dikunjungi untuk mencari berkah.

Kerajaan Jayabaya berdiri pada tahun 1135 Masehi. dan akhirnya berhasil menyatukan kedua kerajaan yang dahulu pernah dipisahkan oleh Airlangga.

Kemudian Raja Jayabaya memutuskan untuk menyerang Janggala dan menyatukan kedua wilayah yang dipisahkan oleh Mpu Bharada.

Setelah menyatukan kedua kerajaan, Raja Jayabaya akhirnya memerintahkan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh untuk menggubah Kakawin Bharatayudha. Perang sastra yang menceritakan kemenangan Pandawa melawan Korawa di Bharatayuda.

Karya tersebut dimodifikasi untuk menggambarkan kejayaan Kediri atas Janggala pada masa perang saudara atau Airlangga yang terkenal itu. Sri Wintala Achmad dari buku ’13 Raja Paling Penting Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa’, perubahan politik ini dilakukan Prabu Jayabaya untuk memutarbalikkan fakta.

Dimana raja Jayabaya yang menduduki wilayah Janggala disebut sebagai Yudistira (Raja Amarta yang mempunyai jiwa dermawan). Sedangkan Raja Janggala dilambangkan dengan Doryudana atau Hastina, seorang raja yang mempunyai sifat buruk.

Jayabaya juga mempunyai catatan dalam catatan sejarah tertulisnya. Ia juga menerbitkan tiga prasasti besar yang menjadi peninggalan Jayabaya, ketiganya adalah Prasasti Hantang atau Ngantang, Prasasti Talan, dan Prasasti Jepun.

Prasasti Hantang tahun 1135 M ditemukan di Ngantang, Kabupaten Malang. Karena ditemukan di Desa Ngantang maka prasasti ini dinamakan Prasasti Ngantang. Ditulis dengan huruf persegi besar, epigram ini bertuliskan Panjalu Jayati, memperingati pemberian Prabu Jayabaya kepada warga Desa Hantang.

Isi prasasti itu sendiri menggambarkan pengabdiannya kepada raja dengan bukti penyerahan cancu tan pamusu dan cancuragadaha. Selanjutnya mereka melanjutkan perang saudara melawan raja. Prasasti tersebut juga merinci pemberian yang diterima masyarakat Hantang di wilayah yang mereka dirikan di Gajapada dan Nagapuspa.

Prasasti Talan berangka tahun 1136 Masehi. ditemukan di Gurit, Babadan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Prasasti ini dikenal dengan nama Garudhamukalanca, yaitu berwujud tubuh manusia berkepala burung Garuda dan bersayap.

Prasasti ini juga konon menginspirasi lambang burung Garuda sebagai lambang negara Republik Indonesia. Prasasti Talan memuat besaran sumbangan Prabu Jayabaya kepada penduduk Desa Talan.

Alamat ketiga adalah Jepun yang ditemukan di Jepun, Tegalrejo, Kecamatan Selapuro, Kabupaten Blitar. Prasasti batu tersebut bertanggal 1066 Saka atau 7 Juli 1144 Masehi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *