Kisah Sedih Nenek Maarten Paes yang Jadi Korban Perang Dunia II hingga Ditawan di Kamp Pengungsian

Kisah sedih nenek Maarten Paes yang menjadi korban Perang Dunia II dan tertangkap di kamp pengungsi menarik untuk diulas. Karena itulah salah satu alasan kiper FC Dallas itu ingin membela timnas Indonesia.

Seperti diketahui, proses relokasi federasi Maarten Paes tak kunjung selesai. Hingga saat ini peralihan KNVB ke PSSI masih dipersulit dengan sidang CAS yang belum menyebutkan kapan hilal akan digelar.

Sesuai jadwal yang dipublikasikan, nama Maarten Paes pun tidak masuk dalam daftar uji coba CAS periode Juni hingga Oktober 2024. Alhasil, Paes pun dipilih oleh media resmi Major League Soccer (MLS), sang liga. di mana tim, FC Dallas, berkompetisi.

“Transisi kelayakan bermain bersama timnas Indonesia masih bergantung pada proses banding FIFA yang dipertimbangkan oleh CAS. Karena Maarten Paes mewakili Belanda di level junior, dan apakah dia dikaitkan dengan negara tersebut bergantung pada interpretasi bahasa yang rumit di timnas Indonesia. Statuta FIFA- e,” tulis narasi MLS.

Usai dilakukan pemeriksaan, alasan Paes ingin membela Timnas Indonesia dan rela bersabar menunggu kepastian adalah karena neneknya. Sebab dulu neneknya adalah korban Perang Dunia II.

Seperti diketahui, pada masa Perang Dunia Kedua, Indonesia masih berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Nenek Maarten Paes adalah Blijvers, seorang imigran Eropa yang lahir dan menetap di Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda.

Saat neneknya berusia 5-6 tahun, pecah Perang Dunia II. Nenek Paes kemudian menjadi salah satu korban dan harus ditahan di kamp pengungsi.

“(Nenek saya) lahir dan tinggal di sana (Indonesia) selama lima, enam tahun. Kemudian pecah Perang Dunia Kedua dan kemudian dia berada di kamp Spanyol-Jepang selama beberapa tahun,” kata Maarten Paes, dikutip dari pejabat tersebut. Saluran Youtube. FC Dallas, dikutip Kamis (25/07/2024).

“Itu bagian dari sejarah dan dia bersyukur atas waktu yang dia habiskan di sana (Indonesia), terutama sebelum perang. Dia kehilangan ibunya (kakek buyut Maarten Paes) saat perang. Dia menghormati bangsa dan negara dan itu memiliki arti dampaknya besar buat saya, makanya ada reward buat dia,” tambah Maarten Paes.

Karena rasa hormatnya terhadap neneknya, kiper berusia 26 tahun itu sangat ingin bermain untuk timnas Indonesia.

Menarik menunggu sidang CAS terhadap Maarten Paes segera berlangsung dan sang kiper bisa segera bermain untuk timnas Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *