Lai Ching-te Dilantik Sebagai Presiden Baru Taiwan, Desak China Hentikan Konfrontasi

TAIPEI – Lai Ching-te, alias William Lai, dilantik sebagai presiden baru Taiwan Senin ini (20 Mei 2024) dalam siaran langsung televisi dari kantor kepresidenan. Lai, yang memenangkan pemilu Januari lalu, menggantikan Tsai Ing-wen yang menjabat wakil presiden selama empat tahun terakhir.

Tak lama setelah pembukaan, Lai meminta Tiongkok untuk berhenti mengancam pulau tersebut dan mengakui keberadaan demokrasi di Taiwan. Dia mendesak Beijing untuk mengganti konfrontasi dengan dialog, dan menekankan bahwa dia tidak akan pernah mundur dari ancaman Beijing.

Tiongkok, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, menanggapi permintaan Lai dengan mengatakan, “kemerdekaan Taiwan menemui jalan buntu.”

“Terlepas dari apa dalih atau dasar upaya tersebut, keinginan untuk kemerdekaan Taiwan akan gagal,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin pada konferensi pers harian Senin sore.

Lai dan Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan dianggap sebagai “saingan” oleh Beijing. Militer Tiongkok telah meningkatkan operasi di perairan dan wilayah udara Taiwan sejak memenangkan pemilu pada bulan Januari.

Operasi militer Tiongkok di sekitar Taiwan telah menjadi rutinitas dalam beberapa tahun terakhir, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan potensi konflik. Dalam pidatonya, Lai menyebutnya sebagai “tantangan strategis terbesar bagi perdamaian dan stabilitas dunia.”

Namun pemimpin berusia 64 tahun itu tetap berkomitmen pada formula yang digunakan pendahulunya, Tsai Ing-wen, yang warisannya akan ditentukan oleh pendekatan yang hati-hati namun tegas terhadap Beijing, lapor BBC.

Dr. Lai menjadi politisi dan memenangkan pemilihan presiden pada bulan Januari, masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi partainya. Ia menjabat Wakil Presiden Tsai sejak tahun 2020 dan sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri.

Di masa mudanya, ia dikenal sebagai politisi yang lebih radikal, secara terbuka menyerukan kemerdekaan Taiwan, yang membuat Beijing kecewa. Pemerintah menjulukinya sebagai “pembuat onar” menjelang pemilu, dan media pemerintah Tiongkok menyarankan agar ia diadili atas tuduhan separatis.

Lai juga menghadapi tantangan besar di dalam negeri. Pengangguran dan biaya hidup merugikan DPP dalam pemungutan suara kaum muda bulan Januari lalu, dan perekonomian Taiwan tampaknya sangat bergantung pada industri semikonduktor yang sangat sukses, yang memasok lebih dari separuh chip dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *