Mahasiswa RI di Maroko Cerita Keunikan Tradisi Ramadhan Kota Tetouan

JAKARTA – Pelajar Indonesia yang belajar di Maroko berbagi tradisi Ramadhan di Tetouan, Maroko. Di negeri seribu kastil, suasana Ramadhan sangat terasa karena beragamnya tradisi kawasan Maghreb yang kaya akan nilai budaya dan agama.

Menabuh genderang atau yang biasa disebut tabl merupakan tradisi Maroko yang menjadi ciri khas saat memasuki bulan Ramadhan. Thabul adalah orang yang bangun subuh dan dipukul dengan dua buah tongkat, genderangnya digantung di badannya.

Sebuah papan yang mengelilingi kompleks perumahan biasanya terlihat di bawah setiap jengkal jalan. Ritual ini sering dilakukan oleh anak-anak atau orang dewasa yang belum menikah. Meja itu sendiri mulai beraksi ketika jam lokal menunjukkan pukul 02:30.

“Memiliki tabal sangat membantu saya bangun untuk Suhr.” Pada Jumat (29/3/2024) Mahasiswa pascasarjana Universitas Abdul Malik Isaadi Tetouan, Azzam Abdul Rahman mengatakan, “Bulu mata mereka tidak sebesar bulu mata orang Indonesia”.

Kami selalu menunggu tab, bahkan ada yang berhenti di depan rumah hanya untuk memberi tip.

Tradisi unik lainnya adalah meriam seperti yang terdapat di negara-negara Islam lainnya. Saat Anda terbangun karena suara peta, Anda akan mendengar suara tembakan meriam.

Tradisi ini biasa dilakukan setiap hari di bulan Ramadhan oleh Mazegar Sepahs di gereja sebelum sholat subuh dan berbuka, untuk mengingatkan masyarakat agar berpuasa dan berbuka. Pada malam hari para prajurit ingin menembakkan senjatanya hingga pagi hari. Di kota Tetouan, tempat tinggal penulis, tradisi ini berlangsung di sebuah gereja dekat Jabal Dars. Masyarakat setempat sangat menyukai tradisi ini. Terkadang ada yang sengaja ke gereja untuk melihatnya.

Tradisi Ramadhan Maroko lainnya adalah jam tangan Suhr lokal, yaitu Nefer. Nafr mirip dengan Tabl yang dimaksudkan untuk membangunkan Suhr namun dengan bunyi terompet. Namun tradisi ini mulai ditinggalkan di kota tempat penulis tinggal.

Kebiasaan berburu Takjeel juga memiliki ribuan wali di negeri ini. Ada banyak menu Takjeel yang tersedia. Chibakya adalah sepotong adonan berbentuk mawar yang direndam dalam sirup madu. Rasanya sangat manis dan sedikit renyah. Benar juga kalau kuenya berbentuk segitiga.

Kue ini memiliki banyak isian yang berbeda-beda tergantung resepnya. Briut isi daging sapi dan ayam paling populer menurut saya karena cocok dengan selera orang Indonesia. Namun banyak orang lebih memilih menyiapkan Ifta bersama keluarga dengan menu sederhana berupa kurma, jus, susu, dan terkadang makanan manis. Jangan lupa sup Harira yang wajib dicoba saat Ramadhan. Sup herrera memiliki tekstur yang mirip dengan daging babi dan disertai dengan irisan tomat. Sup ini paling enak disajikan saat masih panas.

Banyaknya tradisi Ramadhan yang unik di negeri ini memiliki banyak nilai budaya dan agama. Tradisi-tradisi ini telah diturunkan dari generasi ke generasi dan diakui secara budaya. Hal ini sebenarnya memperingati peran mereka dalam menjaga budaya Ramadhan di negaranya. Dimanapun Anda berada, berpuasalah dan semua doa Anda diterima di aula Anda.

Penulis adalah mahasiswa Universitas Abdul Malik Asaadi Fakultas Tetouan, Usuluddin, Abdullah Ruzikh, Ph.D.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *