Menganggur dan Melarat, Kisah Kehidupan Soeharto Sebelum Jadi Tentara

SOEHARTO memimpin Indonesia selama 32 tahun. Presiden kedua Republik Indonesia ini menguasai seluruh aspek kehidupan bangsa dan sangat kaya raya. Namun sedikit orang yang mengetahui bahwa kehidupan masa kecil penguasa Orde Baru itu sangat menyedihkan karena segala kesulitan.

Soeharto melewati masa-masa sulit sebelum masuk tentara atau menjadi tentara.

Karena keterbatasan keuangan, Soeharto tidak dapat melanjutkan pendidikannya setelah lulus SMA Muhammadiyah.

Seharto masih ingat perkataan ayahnya saat itu. “Anakku,” katanya, “Saya tidak bisa berbuat lebih banyak untuk pendidikanmu. Mulai sekarang kamu hanya perlu mencari pekerjaan. Dan jika kamu mendapat pekerjaan, Insya Allah kamu bisa melanjutkan pendidikanmu dengan uangmu sendiri. “

 BACA JUGA:

Sulit sekali mendapatkan pekerjaan tanpa bantuan orang yang mempunyai jabatan atau pengaruh besar pada saat itu.

Presiden Soeharto berkata: “Saya berusaha mencari sumber kehidupan kesana kemari, namun tidak berhasil. Akhirnya saya kembali ke Wuryantoro, dimana saya mempunyai banyak kenalan yang saya harap dapat membuka jalan bagi saya.” buku “Soeharto: Pikiran, Perkataan dan Tindakanku” yang ditulis oleh G Dwipayana dan Ramadhan KH, terbitan PT Citra Kharisma Bunda Jakarta, 1982.

Itu benar. Setelah Soeharto menempuh banyak jalur, akhirnya ia diterima sebagai asisten administrasi di sebuah bank lokal (Volks-bank). Meski tidak terlalu menyukai pekerjaan itu, Soeharto berpendapat bahwa melakukan hal itu lebih baik daripada berdiam diri dalam suasana gelap.

Soeharto mengikuti pegawai bank itu berkeliling desa dengan sepeda, mengenakan pakaian Jawa dengan kain blangkon dan kemeja beskap. Di kantor wilayah kami menanggapi permintaan dari petani, pedagang kecil dan pedagang yang meminta pinjaman.

 BACA JUGA:

Padahal, Soeharto sendiri sangat memahami kebutuhan rakyat kecil tersebut saat bersama Pak Prawirowihardjo tempo hari, dan saat membantu Pak Hardjowijono dan Pak Darjatmo. Namun Soeharto tidak banyak bicara. Dia merasa inilah tempatnya untuk lebih banyak mendengarkan.

Bisa dibilang, setiap malam ia mengajak temannya bernama Kamin untuk belajar akuntansi. Bank Gund Mantri mengakui Soeharto mengalami keterbelakangan mental. Dalam waktu kurang dari dua bulan, Soeharto menguasai seluruh bidang akuntansi. Saat itu dia sedang mengendarai sepeda berwarna hitam. Kamin menggunakan sepeda berwarna hijau. Kamin selalu menyuruh Soeharto untuk menjejerkan sepedanya di depannya. Kamin berkata: – Ayo Mas Harto, silakan, saya di belakang.

Suatu ketika, Soeharto meminjam kain dari bibinya, karena kain itu sendiri sudah usang dan tidak layak lagi untuk bertemu dengan pegawai bank desa. Suatu hari keberuntungan datang pada Soeharto. Saat ia turun dari sepeda rusak tersebut, ia meraih kain yang dibawanya dengan pegas rantai yang keluar dan merobeknya.

Soeharto dikritik oleh ulama yang bersama saya. Meskipun dia tidak bersalah, itu hanyalah cara hidup Soeharto. Namun bibinya juga memarahinya.

Dia membentak Soeharto dan memberitahunya bahwa kain ini hanyalah kain yang bagus. Tak ada lagi yang bisa ditawarkan, meski tak menutup kemungkinan ia tetap ingin membantu Soeharto.

“Dan acara ini merupakan perpisahan dengan tempat saya bekerja. Saya sungguh tidak menyesalinya, karena saya tidak menikmati bekerja di sana. Hanya ketika saya menjabat tangan Kamin, saya menundukkan wajah untuk melepaskannya,” ujarnya. . tetap.

“Saya lagi menganggur, tapi saya pantang menyerah. Saya mencari peluang yang lebih baik. Saya rasa kali ini saya akan mengadu nasib di Solo. Saya pengen banget kerja. Semuanya asal halal.” ,” dia berkata.

Ia mempunyai teman yang menyarankan melamar Angkatan Laut Belanda. Tapi kekosongan di sana seperti juru masak. Soeharto berpikir, biarkan aku menggunakan dia sebagai cadangan terakhirku.

Di Solo ternyata tidak ada pekerjaan. Maka Soeharto kembali ke Wuryantoro. Selama itu, ia mengisinya dengan kerja gotong royong, menyekop, menggali parit, dan membersihkan lumbung. Namun setelah itu, masa depan Soeharto kembali suram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *