Mengapa Milanisti Sangat Membenci Sosok Hakan Calhanoglu? Ini Alasannya

MENGAPA orang Milan begitu membenci Hakan Calhanoglu? Ternyata inilah alasannya.

Menjadi pemain sepak bola berbakat merupakan dambaan banyak orang. Selain gaji dan kehormatannya yang tinggi, para pemain sepak bola hebat yang memberikan pengaruh besar bagi tim juga dikenang sebagai legenda.

Hal inilah yang dilakukan Hakan Calhanoglu. Pemain timnas Turki ini memulai karirnya dan mengukir namanya di Jerman. Tercatat ia sempat menimba ilmu di PSV Mannheim dan Karlsruher sebelum bermain profesional untuk Hamburger SV, Karlsruher SC, dan Bayer Leverkusen.

Pada tahun 2017, gelandang ini pindah ke AC Milan. Dalam sekejap, Hakan Calhanoglu menjadi pemain favorit fans Milan.

Meski demikian, Hakan Calhanoglu menjadi pemain kunci di lini tengah Milan. Visi dan umpan akuratnya menjadikannya mesin permainan yang sangat diperlukan. Di musim 5, dia mencetak 32 gol dan memberikan 48 assist dalam 172 pertandingan.

Namun sayang, pada tahun 2021, Calhanoglu memberikan kejutan yang tak bisa diterima oleh Milan. Kini, pesepakbola berusia 30 tahun itu di luar dugaan memutuskan hengkang dari rival sekota Milan, yakni Inter Milan.

Bagi fans Milan, pemain yang pindah ke Inter itu diakui sebagai pengkhianat. Apalagi, karena sudah menyukai Calhanoglu, pihak Milan menolak langkah tersebut sehingga membuat mereka membenci sang pemain.

Hakan Calhanoglu menandatangani kontrak berdurasi 3 tahun hingga Juni 2024. Diketahui, pemain timnas Turki itu mendapat gaji sebesar 5 juta euro per musimnya.

Jumlah ini lebih banyak dari penghasilannya di Milan. Gaji Calhanoglu di sana diketahui berkisar 4 juta euro atau Rp 68,8 miliar.

Karena alasan ini, Hakan Calhanoglu dianggap sebagai pengkhianat terendah kaum Milanis. Bahkan, ia dijuluki “Pesero” atau pecinta uang karena memilih meninggalkan rivalnya hanya demi uang.

Meski demikian, Hakan Calhanoglu tetap bertindak profesional sesuai kontraknya. Dia mengabaikan semua komentar tentang transisinya.

Bahkan di Inter, Calhanoglu tetap menjadi playmaker yang bisa diandalkan. Ia bahkan membantu Nerazzurri memenangkan 2 Piala Italia dan 3 Piala Super.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *