Mengenal Lebih Dekat Sejarah Makam Syekh Maulana Maghribi

JAKARTA – Makam Syekh Maulana Maghribi merupakan salah satu makam tertua penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Restoran ini terletak di Desa Ujungnekoro, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Tempat wisata religi ini selalu ramai pengunjung karena memiliki daya tarik tersendiri bagi umat yang datang. Pihak pengelola makam tidak mematok tiket masuk apa pun, jamaah hanya perlu mengisi kotak sumbangan yang dipersembahkan sebagai doa untuk pengembangan makam.

Saat memasuki kuburan, pengunjung akan langsung melihat pepohonan besar yang mengelilingi kuburan. Selain itu yang menjadi daya tarik lainnya adalah letak mausoleum ini di atas Pantai Syekh Maulana Maghribi, Desa Ujungnekoro, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Padang Ujungnekoro, sehingga pengunjung dapat menikmati keindahan pantai Ujungnekoro dari ketinggian.

Nama asli Syekh Maulana Maghribi adalah Syekh Ibrahim Azmor bin Jamaluddin Hussain dan berasal dari Hadratulmouth. Dia melakukan perjalanan melalui rute India. Tujuan ekspedisi ini adalah untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh belahan dunia, termasuk nusantara.

Kisah masuknya Syekh Maulana Maghribi berawal dari Basai yang melakukan perjalanan jauh termasuk Jawa Tengah, Ujungnekoro. Syekh Maulana Maghribi mengacu pada sekelompok dai yang berasal dari kota Maroko di Afrika Utara, sehingga makam Syekh Maulana Maghribi tidak hanya ada di satu tempat tetapi juga di Wonobotro dan Yogyakarta.

Pengunjung berkumpul di ruang makan untuk berdoa, berdoa dan menyanyikan berkat untuk rahmat. Monumen Syekh Maulana Maghribi banyak terdapat di antaranya gua dan beberapa air mancur berbentuk sumur yang terletak di sekretariat makam dan sumur yang terletak di dekat lokasi wisata pantai Ujungnekoro.

Air karoma yang selalu menjadi oleh-oleh bagi para peziarah ini berasal dari sumur yang terletak di sekretariat makam. Karamah diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan kebaikan dan keberkahan, sehingga dijadikan sebagai tanda kedekatan seseorang dengan Allah SWT.

Fitur wisata religi ini merupakan aset yang sangat berharga bagi masyarakat desa, sehingga diharapkan dengan adanya proyek ini dapat membawa manfaat lebih bagi masyarakat dan pengunjung desa Ujungnegoro sehingga dapat mempelajari sejarah pemakaman tersebut. Proyek ini akan menjadi aset tambahan bagi pemakaman tersebut. Wisata ini sangat cocok dijadikan destinasi wisata religi di Jawa Tengah yang wajib dikunjungi.

Artikel ini ditulis oleh Adika Sri Ani, mahasiswa program Sarjana Antropologi Sosial Universitas Tiponekoro Semarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *