JAKARTA – Badai yang melanda Uni Emirat Arab (UEA) dinilai sebagai yang terburuk sejak tahun 1949. Uni Emirat Arab yang kering dan jarang turun hujan tentu tidak siap menghadapi badai penyebab banjir.
Badai gurun bisa bergerak dengan kecepatan tinggi. Hal ini disebabkan oleh “cloud seeding” yang dilakukan pemerintah. Minimnya sistem drainase pada wilayah yang luas juga mendukung terjadinya banjir.
Berdasarkan data meteorologi yang dikelola Bandara Internasional Dubai, hujan mulai turun di kawasan gurun dan jalan raya pada Senin malam (4 Februari), dengan curah hujan mencapai 20 mm. Pada pukul 09.00, badai mulai semakin deras, disusul hujan dan hujan es sepanjang hari.
Akibat hujan terus menerus selama 24 jam di Dubai, landasan pacu bandara terendam banjir. Pada Rabu pagi, Bandara Internasional Dubai menjawab bahwa penerbangan tidak dapat mencapai landasan pacu karena banjir dan mereka kehabisan solusi.
Sebagian besar sekolah di UEA ditutup menjelang badai tersebut. Begitu pula dengan pegawai pemerintah yang juga bisa bekerja dari rumah.
Banyak pekerja yang bersikeras untuk berangkat kerja terdampar karena banjir menutup jalan. Pemerintah berupaya memperbaiki keadaan dengan mengirimkan truk pompa.
Banjir tidak hanya merendam jalan, namun juga merendam rumah warga. Warga terdampak banjir harus mengungsi ke tempat yang lebih aman dengan berat hati.
Pemerintah UEA tidak melaporkan seluruh kerugian dan cedera akibat bencana tersebut. Namun, di emirat utara Khaimah, seorang pria berusia 70 tahun meninggal setelah kendaraannya tersapu banjir, kata polisi.
Daerah yang terkena dampak paling parah adalah emirat Fujairah yang terletak di bagian timur Uni Emirat Arab, dengan intensitas curah hujan mencapai 145 mm.
Baca selengkapnya: Inilah Penyebab Dubai Banjir, Mobil dan Bandara Terendam! Kota mewah yang dikelilingi air