Momen Heroik Sarwo Edhie Wibowo Lolos dari Maut Meski Dibidik Pasukan Elite Inggris

Konflik Indonesia-Malaysia, atau lebih dikenal dengan Operasi Panglima Rakyat (Dwikora), adalah sengketa wilayah antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962 hingga 1966 mengenai penolakan penyatuan wilayah Sabah, Brunei, dan Sarawak. .

Ada kisah heroik prajurit Baret Merah saat Operasi Dvikora, dimana satu batalyon Resimen Komando Angkatan Darat (RPKAD) dikerahkan untuk menjamin keamanan di perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara.

Mengenai Indonesia, Kopassus menulis bahwa “pasukan tiga kompi A-B-C dikirim ke wilayah berbeda dimana Kompi A di Lumbis, Kompi C di Long Bawan dan Kompi B tidak dikirim karena cuaca yang sangat buruk”. Okezone memberitakan hal tersebut pada Kamis (11/11/2021).

Tak perlu menunggu, Kompi C segera melakukan kontak senjata dengan pasukan khusus Inggris di desa Pak Pane dekat Long Semado di Sarawak. Pada awal tahun 1965, Kompi B di bawah komando Letnan Urip Sucipto menyerang pos Angkatan Darat Inggris di Mapu, yang kemudian berubah menjadi pertempuran cukup besar melawan Kompi Para Inggris 2 – Batalyon Dunia yang melibatkan Kompi RPKAD Bataillon 1. Veteran Perang Dunia II yang dijuluki Setan Merah atau Red Devils.

Pertempuran ini dianggap sebagai titik balik konflik dengan Malaysia. Setelah kejadian ini, tidak ada lagi serangan lintas batas yang dilakukan militer selama Operasi Dvikora di Plaman Mapu.

Saat itu Kolonel Sarwo Edhie Wibowo sedang melakukan operasi gerilya di perbatasan Sarawak, banyak pengungsi di sana yang memberi tahu intelijen dan tentara Inggris, yang berujung pada terdeteksinya keberadaan RPKAD dan berujung pada serangan mengerikan ke Sarawak di malam. .

Dalam patroli tersebut, tentara Inggris menemukan jejak pengangkutan mortir, peluncur roket, dan permainan peran dari Indonesia ke wilayah Sarawak. Tengah malam, tentara RPKAD mendekati bukit di tengah pertahanan Inggris dengan gerakan cepat dan senyap. Mereka menghancurkan kawat berduri dan penghalang tali bungee di sekitar pangkalan Yon Para 2 dengan torpedo Bangalore.

Pertempuran diawali dengan kekerasan dengan pasukan RPKAD dalam kondisi terbatas, namun dilanjutkan dengan perlawanan terhadap pasukan Inggris dengan senjata penuh. Patroli helikopter dari pihak Inggris menemukan jejak sekitar 50 tentara RPKAD yang berhasil melarikan diri dari upaya penyergapan Inggris. Usai pertempuran, Inggris merayakan keberanian prajurit RPKAD pimpinan Kolonel Edhie yang tak gentar berperang meski kakinya diperban.

Dua tahun kemudian, Tim RPKAD dikirim kembali untuk bentrokan lagi dengan Malaysia. Tentu saja perjalanan tersebut penuh dengan perlawanan dan pertarungan melawan hujan peluru dari Angkatan Darat Inggris.

Pada akhir Juli 1965, Brigade Para 16 Inggris kehilangan 11 tentara dan 38 lainnya luka-luka pada akhir operasi, dimulai dari Yon Para 2 di Sarawak. Sementara itu, TNI AD kehilangan 21 prajuritnya yang tewas dalam Operasi Dwikora (1964-1966), sebagaimana terekam dalam Tembok Peringatan Operasi Dwikora di Markas Kopassus Cijantung, Jakarta Timur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *