Mulai Usaha Susu Kedelai di Usia Pensiun, Manisnya Omset Tetap Terasa

Bogor – awal mula usaha produksi susu kedelai di masa pandemi Covid-19. Pasangan pensiunan yang sudah menikah masih produktif dan menghasilkan uang.

Ibu Agus Murtini atau lebih dikenal dengan Ibu Mien mengatakan, memulai usaha pengolahan kedelai tidaklah mudah. Beberapa tes untuk hasil terbaik.

“Jadi akhirnya belajar, belajar YouTube di masa Covid. “Waktu itu kami kena PHK, maka dari situ saya belajar memanfaatkan waktu karena suami saya juga purnawirawan TNI Angkatan Darat,” kata produksi kedelai di rumah Bu Mien, Champea, Kabupaten Bogor, yang juga dijadikan venue. Jawa barat.

Kami juga mendapat inspirasi dari para pemimpin bahwa dulu kalian, saudara-saudara, berjuang untuk negara, berjuang untuk membela negara. Meskipun Anda sekarang sudah pensiun, manfaatkan waktu Anda sebaik-baiknya. Buka usaha, berinovasi, berkreasi, maka kita akan tetap produktif. “Karena mengisi liburan itu tidak mudah. ​​Banyak orang yang sakit, sakit, sakit,” ujarnya.

Selama setahun mulai tahun 2019, ia dan suaminya meneliti dan mengembangkan resep untuk mendapatkan hasil dari susu kedelai.

“Yah, akhirnya, saya telah mencoba mencari tahu selama setahun menggunakan tata bahasa yang dimiliki. Kini lima tahun telah berlalu. “Akhirnya satu tipe, satu tipe, kita punya keberagaman,” ujarnya.

“Sepertinya setahun, jadi suami saya jadi tester. Saya pertama buat seperempat kilo kedelai, terus rasanya bagaimana? suka? Enggak gimana caranya kita terus mencari, seperti yang dikatakan suamiku, aku terus berusaha. “Kalau tetangganya tidak baik, aku malu,” katanya.

Sekarang Bu dan Pak Mien sudah mempunyai beberapa versi serialnya. “Sekarang katalog susu kedelainya ada 35 nama. Ada brownies kedelai, ada kue dalam botol, ada kue yang perlu disimpan,” ujarnya.

Berkat kerja keras bertahun-tahun, omzetnya mencapai Rp 50 juta. “Awalnya maksimal 2 hingga 2,5 juta rupiah per bulan. Sekarang 50 juta rupiah,” ujarnya.

Soal permodalan, ia mengungkapkan memulai bisnis ini dengan mengeluarkan dana sebesar Rp 3 crore dari kantongnya sendiri. Selain itu juga mengikuti program inkubasi dari IPB dan mendapat dana sebesar 15 juta rupiah.

Terakhir, ia menerima dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebesar 20 juta rupiah dengan jangka waktu pinjaman lima tahun. “Ini pinjaman pertama di KUR. Tahap bulan ketujuh telah berakhir,” ujarnya.

Dengan demikian, usaha pengolahan kedelai ini memasuki babak baru setelah menjalin hubungan dengan Bank BRI. Tak hanya mencuri pinjaman KUR, Bank BRI juga memberikan dukungan dan bimbingan terhadap usahanya.

“Dan kita bersyukur. Betul mas, waktu saya ketemu pimpinan unit, beliau sudah lama bercerita kepada saya bahwa bisnis, sebenarnya modal itu faktor penting, tapi kita punya produk (berkualitas). , ini yang kedua,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia memutuskan untuk meningkatkan kualitas produknya. Hal ini dicapai dengan memperbaiki kemasan dan menjaga legalitas perdagangan. Untuk itu digunakan dana pinjaman Bank BRI.

“Saya memperbaiki kemasannya. Lalu dikoreksi dan ditambah legalitasnya, seperti di hoki harus bayar. BPOM sekarang sudah siap, tinggal menunggu izin edarnya, ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *