Nasib 463 Calon Taruna Usai Penerimaan Mahasiswa STIP Dimoratorium

JAKARTA – Mantan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) yang tergabung dalam Ikatan Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (CAAIP) paham dengan keputusan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya pasca kekerasan yang dialami mahasiswa tersebut. dari Perguruan Tinggi. Ilmu Pelayaran (STIP) Putu Satria Ananta Rastika adalah presidennya.

Hasil pertemuan tersebut, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyampaikan empat rencana baru yang akan digunakan di STIP, yakni menghilangkan perilaku peralatan, suspensi, tidak disetujui akomodasi dan level II ke atas, serta perubahan haluan. .

Para mahasiswa juga berdiskusi membahas perubahan dalam penyelenggaraan kereta api, termasuk membahas rencana baru yang akan diikuti Kementerian Perhubungan (Kemenhub) di STIP.

Ketua Ikatan Alumni Akademi Maritim Iko Johansyah mengapresiasi niat baik Menteri Perhubungan Budi Karya yang ingin memajukan pendidikan Indonesia, termasuk pendidikan maritim.

Namun empat isu kebijakan STIP yang telah lama dibicarakan membuat CAAIP ingin terus menjajakinya kepada mahasiswa, pelaut, alumni, dan orang tua profesional, ”ujarnya, Minggu (19/5/2024).

Setelah itu, terkait penangguhan penerimaan masuk Universitas STIP, Ikonso menyayangkan keputusan tersebut. Sebab, calon mahasiswa yang akan kuliah banyak yang berminat untuk masuk STIP, nyatanya ada 463 calon yang mengikuti tes. Mereka juga akan menjadi korban penyakit jika kebijakan ini diterapkan.

“Mereka berencana masuk STIP, namun karena ada korban akhirnya batal cita-cita atau cita-citanya sebelum lulus sekolah, ada yang sudah bercita-cita menjadi transporter, ada yang ingin menjadi profesional di bidang transportasi. barang industri. industri, “Mungkin mimpi itu muncul karena banyak role model dari alumni yang ditunjukkan STIP,” ujar pria yang juga alumni STIP 37 ini.

Ia pun menyayangkan dihilangkannya budaya elite dari STIP. Menurutnya, tradisi ini sangat mempererat tali silaturahmi antara adik dan orang yang lebih tua. Hubungan ini berlanjut hingga mereka menjadi alumni.

“Hasilnya sama seperti sekarang. Ketika sesuatu terjadi, adrenalin kami tinggi untuk membuat perbedaan dan memberikan pengalaman terbaik bagi siswa kami. Kita bisa memberikan kontribusi yang besar kepada saudara-saudara kita di sekolah. Ini adalah tipe atau tipe ukuran corsa kami. Hal ini mungkin perlu ditinjau ulang. Yang paling penting adalah jangan melanjutkannya, katanya.

Menghilangkan moral dari seragam taruna adalah solusinya. Iko mengatakan, tulisan di baju itu sebagai pembelajaran sebelum terjun ke dunia kerja. Di luar tanda pangkat ada tugas dan kewajiban yang harus dilakukan.

“Di kapal biasanya ditempel stempel di baju, terutama di tingkat kepolisian. Harus ada kelompok besar yang bertanggung jawab menganalisis. Pimpinan harus ada karena ada peran dan tanggung jawab di setiap jabatan. won. Beliau juga ditunjuk untuk menduduki posisi, khususnya di bidang komunikasi,” ujarnya.

Menurut Iko, keputusan harus diambil berdasarkan prioritas. Ia mengatakan apakah penghapusan nilai, penghapusan budaya orang dewasa, dan perubahan kurikulum bisa menyelesaikan masalah perundungan?

“Saya kira kejahatan dengan kekerasan tidak hanya terjadi di Perguruan Tinggi Maritim, di sekolah non-pemerintah, atau di sekolah lain yang tidak berseragam, tapi juga pelecehan,” ujarnya.

Oleh karena itu, Iko mengimbau seluruh pihak yang terlibat untuk berpikir serius dan adil, tidak terpaku pada satu pihak yang justru berujung pada pengambilan keputusan yang partisan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *