Panduan Kurikulum Sastra Ditarik Usai Tuai Dikritik, Ini Penjelasan Kemendikbudristek

 

JAKARTA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi memasukkan sastra ke dalam kurikulum. Namun panduan yang beredar itu langsung ditarik karena mendapat kritik.

Kursus sastra ditambahkan sebagai kursus tambahan opsional. Dengan adanya mata kuliah sastra ini, pemerintah berharap dapat meningkatkan minat membaca siswa.

Panduan yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini menuai kritik karena merekomendasikan buku dengan konten yang tidak pantas untuk siswa.

Kemendikbud menjelaskan, penyebab isu konten sensitif dalam rekomendasi buku panduan adalah meningkatnya kesadaran siswa terhadap isu tersebut.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Penilaian Pendidikan (BSKAP) mengatakan, “Juga terdapat ketidakpastian mengenai pedoman penulisan resensi, resensi, buku atau karya sastra yang cukup kompleks.” Anindito Aditomo, S.Pi., M.Phil., Ph. D, terbit pada Sabtu (24/01/06).

“Jadi nadanya bisa sangat negatif, dan tanpa konteks hanya menghilangkan bagian-bagian sensitif dari nada tersebut, sehingga buku tersebut terkesan mempromosikan kekerasan seksual, padahal itu adalah bullying. Selalu ada topik sensitif yang dibicarakan untuk dikritik, dicegah. , bicarakan bagaimana itu menjadi masalah di masyarakat kita,” lanjutnya.

Jadi bukan reaksi sadar yang sebaliknya, dan ya kalau dilihat dari potongannya saja sudah terlihat buruk, lanjutnya.

Kemendikbud juga menjelaskan bahwa literasi konten sensitif dibangun setara dengan siswa SMA. Sebaiknya tidak diberikan kepada siswa SD yang belum memahaminya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *