Pedagang Bendera 17 Agustus Ngeluh Kalah Saing dengan Lapak Online

JAKARTA – Pedagang papan atas pada 17 Agustus mengeluh kalah bersaing dengan penjual online. Pedagang bendera merah putih telah mengalami penurunan atau peningkatan penjualan saat mereka beradaptasi dengan perdagangan opsi yang unik.

Aziz (38), salah satu pedagang terkemuka di Pasar Tanah Abang, misalnya, mengatakan omzetnya semakin berkurang setiap tahunnya. Meski biasanya membuka lapaknya sebulan sebelum 17 Agustus, Aziz mengaku keuntungan usahanya selama ini hanya mampu memenuhi kebutuhan pangannya.

“Omzet saya tiap tahunnya menurun, tadinya saya untung Rp 1 juta sehari. Sekarang saya hanya bisa memasak makanan seharga Rp 500.000 sehari,” kata Aziz di situs tersebut, Rabu (8 Agustus 2024). .

Aziz mengatakan, menjual bendera masih menjadi urusannya. Namun penjualan spanduk, backdrop, dan bendera mini mengalami penurunan.

“Yang dijual sekarang hanyalah bendera dan dekorasi yang digantung di dinding. Yang lainnya sudah dikurangi dan tidak untuk dijual,” jelas Aziz.

Sementara itu, Aziz mengatakan, penyebab utama penurunan omzetnya adalah meningkatnya penjualan melalui aplikasi toko online. Ia mengatakan banyak bendera dengan kualitas yang sama dijual dengan setengah harga barangnya.

“Harga jual di toko online jauh dari yang saya jual. “Bendera saya yang paling laris dijual Rp30.000, tapi di toko online harganya setengahnya, sekitar Rp15.000,” kata Aziz.

“Kalau toko online lebih baik tidak perlu bayar sewa. Kalau saya pribadi harus bayar deposit dan sewa,” lanjut Aziz.

Berbeda dengan Aziz, Aji, 33 tahun, yang berjualan pernak-pernik pro kemerdekaan di tempat yang sama pada 17 Agustus lalu, mengaku keuntungannya meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Aji menuturkan, kini tak sekadar berjualan bendera, namun juga merakit pakaian anak-anak dengan warna bendera merah putih.

“Saya menjual bendera yang jarang sekali dijual. Itulah sebabnya dijual pakaian berwarna bendera merah putih untuk anak-anak. Sekarang laris manis,” kata Aji.

Aji mengatakan dia menjual satu set pakaian anak seharga 45.000 rupiah. Diakuinya, penjualan pakaian anak bertema kebebasan merupakan inovasinya di tengah anjloknya penjualan bendera.

“Tahun lalu omzet harian saya Rp 700.000 hingga Rp 800.000. Sekarang meningkat menjadi lebih dari satu juta rupiah per hari,” jelas Achi.

Namun, Aji mengatakan penjualan melalui toko online juga terancam. Menurut Aziz, harga jualnya sangat bervariasi, hingga separuh harga.

Makanya saya males, males banget kalau pelanggan bandingkan harga dengan toko online, ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *