Pelabuhan Penting Penyokong Ekonomi Kesejahteraan Rakyat di Masa Raja Airlangga Bertakhta

Erlangga, konon raja Kahuripan tidak terlalu ambisius dalam hal penguasaan wilayah. Ia hanya membalas dua penyerangan di Tulungagung terhadap Putri Panuda dan Haji Wurawari, asal Lwaram, kini di kawasan Ngloram, Blora, Jawa Tengah.

Untuk membalas, Erlanga dikabarkan mengumpulkan pasukannya di Desa Patakan. Persiapan pasukan berhasil. Putri Panuda yang pertama kali menghancurkan istana Wutan Mas berhasil ditaklukkan.

Kemudian pada serangan berikutnya, Erlanga membalas serangan Vuravari dari Lvaram. Erlanga menuntut kematian Dharmawangsa Teguh, raja Mataram terakhir di era Jawa Timur. Erlangane MPu Narotama disebut ikut membantu dalam penyerangan tersebut. 

Sebagaimana dikutip dalam buku “13 Raja Paling Berpengaruh dalam Sejarah Kerajaan Jawa”, penyerangan terhadap Lwaram terjadi setelah selesainya pembangunan Keraton Kahuripan yang baru. Setelah berhasil membunuh Haji Vuravari, Erlanga menumpas pemberontakan Vijayvarma melawan Vengkara pada tahun 1035 M.

Sejak saat itu, Erlanga mampu memperluas wilayah Kahuripan (Sidorjo) yang terbentang dari Pasruan (di timur) hingga Madiun (di barat). Selain itu, wilayah Erlanga mencapai pesisir utara Jawa, Surabaya, dan Tuban. Kedepannya Tuban akan menjadi pusat komersial yang mampu menunjang kehidupan perekonomian Kahuripan.

Sebagai seorang raja, Erlanga tidak terlalu tertarik untuk mencaplok wilayah kekuasaan lain. Jadi, setelah dia mampu membalas dendam pada Raja Vuravari dan menumpas pemberontakan Vijayvarma. Airlanga fokus pada reformasi internal untuk menjaga keamanan negaranya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Pembangunan berbagai infrastruktur pun dimulai, dimulai dari Vijaya Shayangriha yang konon dibangun pada tahun 1036 M, disusul Bendungan Waringin Sapta (1037 M) dan jalan yang menghubungkan wilayah pesisir dengan pusat negara. Selain itu, Erlanga juga memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh yang terletak di muara Sungai Brantas (dekat Surabaya), meresmikan pertapaan Gunung Pukangan (1041 M), dan memindahkan pusat pemerintahan dari Kahuripan ke Daha.

Dalam kehidupan beragama, Erlanga dikenal dengan toleransinya terhadap agama lain. Oleh karena itu wajar jika Erlanga kemudian ditetapkan sebagai pelindung agama Hindu, Siwa, dan Budha.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *