Pemerintah Rancang Sistem Peringatan Dini Banjir Lahar Dingin di Sumbar

JAKARTA – Pemerintah sedang merancang sistem peringatan dini banjir lahar dingin atau galodo di Sumatera Barat. Rencana ini merupakan bagian dari empat pedoman penanganan darurat banjir lahar di Sumatera Barat yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menewaskan lebih dari 60 orang.

Sistem peringatan dini tersebut akan dirancang bersama oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, menjelaskan beberapa pengkajian dilakukan kedua lembaga untuk mengembangkan sistem peringatan dini kemungkinan banjir lahar pluvial, berdasarkan pengalaman bencana yang terjadi pada tahun 2011. Pertengahan -Mei 2024.

 BACA JUGA:

“BMKG saat ini terus memberikan penguatan dan pemantauan terkait peringatan dini bencana banjir dan tanah longsor di sekitar Gunung Marap,” kata Abdul Muhari, sapaan akrab Aam, dalam keterangannya, Minggu (26/5/2024).

Sementara itu, Kepala Stasiun Geofisika Padang Panjang Suaidy Ahadin Galodo mengungkapkan pada Rapat Koordinasi Penanggulangan Pengurangan Resiko Bencana yang digelar di Bukittinggi, Sabtu, 25 Mei, model EWS yang dirancang tim BMKG merupakan peringatan dini kepada masyarakat. sistem.

 BACA JUGA:

Konsepnya adalah memasang alat pemantau sungai menggunakan radar yang mampu memantau ketinggian air sungai. Hal ini berdasarkan hasil pemantauan sungai di zona pengaruh Galodo yang memiliki tipe sungai terputus-putus. Sungai jenis ini mempunyai aliran yang tergantung pada waktu dalam setahun, yaitu airnya melimpah pada musim hujan dan airnya kering pada musim kemarau. Sungai yang terputus-putus ini menunjukkan variasi antar musim yang sangat ekstrim.

“Sederhananya, cara kerja EWS ini adalah untuk mengkonfirmasi peringatan dini yang dikeluarkan BMKG tentang kondisi cuaca dan getaran tanah (microvibrations). Jika peringatan EWS berbunyi, komunitas siaga bencana yang tergabung dalam wali nagari di sekitar Gunung Marapi bisa segera berkoordinasi. untuk melakukan evakuasi mandiri,” kata Swaidi.

Swaidi mengatakan, BMKG menghitung kebutuhan EWS spesies tersebut di 23 titik untuk wilayah Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang yang mengelilingi dasar sungai yang berhulu di Gunung Marapi.

“Diharapkan jika 23 titik EWS sungai ini dipasang, akan terbangun komunitas peringatan dini dan evakuasi di Nagari selamanya,” ujarnya.

Bersama BMKG, tim BNPB saat ini sedang melakukan survei lokasi titik pemasangan EWS. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan teknologi drone atau pemantauan udara dari helikopter.

“Usulan BMKG ini akan dibahas lebih detail dengan PVMBG dan usulan lain yang disampaikan akademisi kepada BNPB agar fasilitas EWS yang dibangun benar-benar dapat menjawab kebutuhan informasi di tingkat masyarakat. Pemasangan sistem peringatan dini ini tepat sasaran. unitnya bisa dilaksanakan akhir tahun ini”, tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *