JAKARTA – Hujan deras yang melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya pada Selasa, 25 Juni 2024 sore, berdampak pada penurunan polusi udara di wilayah Jakarta.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan, berdasarkan data terkini JakISPU (Sistem Pemantauan Kualitas Udara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta) hingga pukul 14.30, kondisi di sebagian besar wilayah berada pada kisaran sedang hingga baik.
Bahkan menurut IQ Air Monitoring Company, Jakarta juga menduduki peringkat ke-30 wilayah dengan polusi udara paling tinggi di dunia. Posisi ini lebih baik dibandingkan Tokyo di peringkat ke-12 dan Beijing di peringkat ke-13, kata Asep Kuswanto dalam siaran persnya. pernyataannya pada Rabu (26 Juni 2024).
Asep mengatakan, selain hujan, situasi ini tidak lepas dari dampak positif warga Jakarta yang mulai tetap menggunakan transportasi umum.
“Peran masyarakat sangat berperan penting dalam mengurangi polusi udara di Jakarta. Penggunaan transportasi umum yang terus berlanjut berdampak positif terhadap kualitas udara kita,” jelas Asep.
Ia mengatakan, warga Jakarta diharapkan terus mendukung inisiatif pemerintah, terus menggunakan transportasi umum, dan menjaga lingkungan dengan tidak membakar sampah di luar ruangan.
Asep meyakini, dengan kerja sama semua pihak, udara bersih di Jakarta bukan lagi sebuah impian melainkan sebuah kenyataan yang bisa dicapai.
Ia berharap situasi tersebut dapat dipertahankan atau bahkan diperbaiki melalui beberapa langkah strategis yang tengah dilakukan pihaknya.
“Kami terus menggalakkan penggunaan transportasi umum, memperkuat pengawasan dan penindakan industri, serta terus melakukan pembatasan kendaraan dengan nomor ganjil dan genap. Selain itu, kami akan terus mengoptimalkan uji emisi kendaraan dan rekayasa cuaca untuk menjaga kualitas udara Jakarta,” dia menambahkan jalan.
Dalam jangka panjang, DLH DKI akan menambah jumlah titik pemantauan kualitas udara di seluruh wilayah Jakarta. Data pemantauan ini digunakan untuk mengidentifikasi sumber polusi utama dan mengambil tindakan yang lebih efektif.
Melalui upaya tersebut, kami optimis dapat semakin meningkatkan kualitas udara untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan seluruh warga Jakarta, pungkas Asep.
Seperti diketahui sebelumnya, IQ Air menempatkan Jakarta sebagai kota dengan tingkat polusi udara dan kualitas udara tidak sehat tertinggi di dunia pada pagi hari tanggal 18 Juni 2024.
Indeks kualitas udara Jakarta adalah 194, atau tidak sehat, dengan PM 2,5 di Jakarta saat ini 23,4 kali lebih tinggi dibandingkan tolok ukur kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia.
Padahal, menurut data IQ Air per 18 Juni 2024 pukul 09:00 WIB, Jakarta menduduki peringkat pertama dalam 10 kota paling berpolusi di dunia.
Berikut 10 kota paling tercemar di dunia: Jakarta (Indonesia), Kinshasa (Kongo), Kampala (Uganda), Delhi (India), Manama (Bahrain), Beijing (China), Lahore (Pakistan). ), Hanoi (Vietnam), Batam (Indonesia) dan Kathmandu (Nepal).