Pengakuan PNS Bekerja 37 Tahun Cairkan Tapera: Belum Bisa Beli Rumah, Tak Ada Hasilnya

JAKARTA – Pemerintah diminta mengkaji ulang program Tunjangan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) karena tertinggal dari tujuan pencapaian perumahan bagi masyarakat kurang mampu. Kontroversi kontribusi Tapera juga dinilai membebani kelas menengah.

Ekonom senior dan peneliti Poltak Hotradero mengatakan Tapera pada dasarnya adalah program perumahan bagi masyarakat tidak mampu dengan skema tertentu.

“Jadi kalau suatu saat nanti Tapera harus ditinjau kembali dan mungkin entahlah, dibatalkan misalnya, maka kita kembali ke skema awal, di mana penyediaan perumahan bagi masyarakat miskin, nah, ternyata bisa. terlalu lambat untuk bisa mencapai tujuan “tercapainya perumahan di masyarakat”, jelas Poltak di Jakarta, Kamis (30/05/2024).

Poltak mengatakan, skema program ini sebelumnya sudah ada sejak tahun 2012. Menurut dia, saat itu iuran tersebut hanya digunakan sebagai insentif program perumahan rakyat bagi masyarakat miskin agar bisa cepat tercapai.

“Itu anggaran untuk mendapatkan apartemen murah dari pihak berwenang. Itu selalu ada setiap tahunnya agar Tapera bisa dipercepat, itu adalah tunjangan yang dilaksanakan pemerintah. “Dengan Tapera, lebih cepat bagi masyarakat tidak mampu,” ujarnya.

Hal ini dibenarkan oleh salah satu pendiri dan pembuat konten Malaka Project Feri Irwandi yang mengatakan kontribusi Tapera sebelumnya berlaku untuk pegawai negeri sipil (PNS).

 

Mantan kontak sosial di Kementerian Keuangan itu juga menyebut dirinya adalah PNS yang sudah bekerja selama 37 tahun dan ingin melunasi dana Tapera.

Saat diambil, ternyata jumlahnya tidak bisa menutupi uang muka (DP) atau uang muka pembelian rumah.

Menurut Ferry, ada baiknya pemerintah mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut. Jangan sampai masyarakat kehilangan manfaat dari aturan penarikan 2,5% gaji pegawai swasta ini.

“Pertama kali saya pengalaman Tapera jadi PNS ya, kemarin ada yang umur 37 tahun keluar, saya tidak keberatan bayar DP, (beli rumah) pokoknya tidak. Ternyata bayarannya tidak banyak, dan menabung untuk kepemilikan rumah pun tidak membuahkan hasil. Selanjutnya sektor jika harga terus naik, apalagi jika bukan real estate. “Ini perlu evaluasi, jadi minimal Tapera akan memberikan kisah suksesnya, jangan sampai diuji, tidak dicoba, dan masyarakat tidak bisa mengakses manfaatnya,” jelas Ferri. .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *