Peninggalan Raja Jayabaya Atur Pembebasan Pajak 2 Desa

Prasasti Talan merupakan salah satu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Prabu Jayabaya dari Kediri. Prasasti Talang memuat informasi bahwa penduduk Desa Talang yang merupakan bagian dari Panmbangan (thani watek panumbangan) pergi menghadap raja.

Sebuah prasasti di atas daun lontar dengan stempel kerajaan Galumukha, diterima oleh Bhațara Guru pada tahun 961 Šaka, mengidentifikasi desa Talan di wilayah tersebut sebagai Sima, dibebaskan dari tugas. Pembayaran berbagai pajak.

Mereka memindahkan plakat di atas batu tersebut dan meminta Jayabaya sendiri untuk menambahkan hadiah tersebut. Dikutip dari “Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Purba”, karena masyarakat yang tinggal di Desa Talan menunjukkan kesetiaan yang paling besar kepada raja.

Permintaan itu dikabulkan. Prasasti batu yang terdapat stempel kerajaan dipindahkan ke prasasti Narasingha, dan Raja Jayabaya memberikan hadiah berupa keistimewaan khusus. Sayangnya, dalam prasasti tersebut masyarakat Desa Talan bernama Bhațera Guru; Tidak dijelaskan jasa apa saja yang diberikan kepada Airlangga dan Raja Jayabaya.

Raja berikutnya adalah Śri Mahārāja Rakai Sirikan Sri Sarwweswara Janarddhanāwatāra Wijayagrajasama Singhanadaniwäryyawiryya Parākrama Digjayotunggadewanāma. 1081 Dua prasasti Padlěgan II dari Šaka; atau prasasti Kahyunan yang belum diterbitkan bertanggal 23 September 1159 M dan 1082 Šaka (23 Februari 1161 M).

Berbeda dengan Jayabaya yang memerintah selama lebih dari 20 tahun, Sarwweswara rupanya hanya memerintah sekitar 10 tahun seiring munculnya nama raja lainnya pada tahun 1169 Masehi.

Dua prasasti Sakalabuwana [tuşțikāraṇa] yang diketahui dari raja ini, prasasti 1091 Saka 3 September 1169 dari Desa Měleri, Kabupaten Blitar, dan prasasti Angin bertanggal 1093 Šaka atau 71 Maret 1113; Keduanya belum dirilis. Lambang kerajaannya adalah lukisan Ganesha.

Raja yang muncul kemudian dalam prasasti tersebut adalah Sri Mahārāja Šri Kroñcāryyadipa Handabhuwanamalaka Parākramānindita Digjayotungga, 1103 Šaka (19 November 1181 M). Prasasti ini berisi informasi tentang i Gandra. Satu-satunya prasasti dari raja ini adalah prasasti Jaring tentang penduduk desa Jaring di daerah itu, yang muncul di hadapan raja melalui Senapati sarwwajala, tua dan muda. Atau sama dengan Laksamana.

Dijelaskannya, masyarakat yang tinggal di sana pernah mendapat hadiah dari raja sebelumnya, namun hingga saat itu mereka belum bisa menikmatinya sepenuhnya. Permintaan itu dikabulkan karena mereka telah menunjukkan kesetiaannya kepada raja, termasuk mempertaruhkan jiwa dan raganya dalam pertempuran melawan musuh raja.

Baginda memerintahkan dibuatnya prasasti di atas batu yang berisi ketentuan pembebasan desa Jaring dari membayar berbagai pajak sesuai dengan perintah raja sebelumnya, dan memberikan hadiah kepada Raja Kronaria Dipa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *