Penulis dan Kritikus Terbaik Indonesia dan Australia Kumpul di Malam Sastra BBI Canberra

CANBERRA – Di Canberra yang memasuki musim dingin, cuaca menjadi hangat. Pasalnya, orang-orang berkumpul untuk membicarakan karya sastra terkenal dan penulis buku terkenal asal Indonesia.

Leila S Chdori, penulis “Sea Tales”, menghadiri acara Malam Sastra yang diselenggarakan oleh Institut Bahasa Ibu Kota Indonesia-Australia (BBI-ACT) di Canberra pada Jumat, 3 Mei 2024.

Malam Sastra merupakan salah satu kegiatan sehari-hari BBI-ACT yang mengundang para penulis dan kritikus sastra dari Indonesia dan Australia. Acara ini merupakan bagian dari upaya BBI-ACT untuk memperkenalkan sastra Indonesia kepada masyarakat Canberra.

Menurut Presiden BBI-ACT, Amrih Widodo, malam sastra kali ini membahas tentang sastra terbaik Indonesia yakni “Laut Bercerita”, untuk menunjukkan bahwa fiksi punya kekuatan tersendiri untuk menantang dan mempertanyakan narasi-narasi utama sejarah yang sering berorganisasi. . agenda pemerintah dan prestise budaya.

“Keistimewaan Malam Sastra ini adalah penulis menyajikannya secara langsung, sehingga kita akan mendalami lebih lanjut bagaimana proses kreatif berlangsung dan apa sebenarnya yang ingin disampaikan penulis kepada para pembacanya,” kata Amrih, Sabtu (4/5/2024). ). ).

Presiden BBI-ACT juga memaparkan Lejla S Chudori yang menurutnya sejak muda sudah berprestasi dalam menulis karya sastra dan menerbitkan buku-buku sejarah yang bisa berperan penting dalam menyadarkan masyarakat akan berbagai sudut pandang dan memperkenalkan suara-suara yang belum diketahui. .

Dalam perbincangan yang berlangsung sekitar dua jam tersebut, Leila S Chudori menjelaskan bagaimana ide cerita tersebut muncul dan proses penelitian yang dilakukan hingga mampu menulis buku “Sea of ​​Stories”. Leila pun menceritakan bagaimana ia menciptakan karakter-karakter dalam novel tersebut. “Menulis cerita ini, saya bekerja sebagai aktor, sutradara dan sutradara pada saat yang bersamaan. Saya harus memahami karakter para aktor, dan pada saat yang sama saya harus mengontrol alur cerita,” kata Leyla.

Leila mengaku ingin menemukan bagian sejarah melalui penyajian cerita fiksi, usulan penulisan tentang periode sejarah yang menunjukkan kekerasan politik atau ketidakadilan sejarah. Menurutnya, ada kalanya sejarawan kesulitan dalam menulis sejarah, baik karena tekanan penguasa, maupun sulitnya memastikan daftar fakta. Saat ini novel tidak memerlukan ketepatan nama, tempat, dan waktu, namun pembaca dapat menemukan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita dan dialog para aktor.

Meski pembaca karya sastra saat ini mungkin lebih sedikit karena kuatnya perkembangan media sosial, Leila mengaku terkejut dengan banyaknya orang yang tertarik membaca “The Sea of ​​​​Stories”. Saat terjadi bencana, kata Leila, permintaan Sea of ​​​​Stories tinggi. Menurutnya, buku yang pertama kali terbit pada 2017 itu, di masa pandemi, hampir setiap minggu dicetak ulang dalam jumlah besar.

Acara yang dihadiri banyak orang ini menjadi bukti ketertarikan masyarakat Canberra terhadap karya sastra Indonesia. Upaya melanjutkan dan memajukan kegiatan sastra Indonesia didukung oleh Pejabat Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra. Menurutnya, Indonesia mempunyai koleksi sastra yang patut diketahui dunia. BBI-ACT menambahkan, Najib berperan penting dalam menjelaskan Indonesia kepada masyarakat Australia, salah satunya melalui karya sastra.

Atdikbud juga menyatakan KBRI Canberra mendukung kehadiran para penulis, sineas, dan pelaku budaya lainnya guna mengembangkan Canberra dengan aktivitas Indonesia. Atdikbud Najib pun optimistis dengan ajang sastra Indonesia yang tidak hanya dikenal dengan keindahan alam, keramahtamahan, dan kulinernya, namun juga karya sastranya yang luar biasa.

Peserta Literary Night sangat beragam, mulai dari pelajar, guru, dosen, pemerhati sastra, hingga aktivis di Canberra. Sebelum memulai pembagian utama Laut Bercerita, para peserta menikmati makanan sehari-hari yang mirip dengan makanan yang dijelaskan dalam Laut Bercerita, seperti Tengkleng yang membuat suasana semakin hangat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *