Pernah Ditawar Rp3 Miliar, Ini Penampakan Terbaru Rumah Tua Diapit Apartemen Mewah di Jakarta

Jakarta – Pemandangan terkini sebuah rumah tua yang dikelilingi apartemen mewah di Jakarta. Rumah tua ini sempat viral pada tahun 2019 karena terletak di tengah apartemen mewah di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Bagaimana kondisi dan tampilan akhir rumah lama tersebut?

Rumah tua itu masih berdiri sampai sekarang. Kondisi ini merupakan suatu hal yang unik di masyarakat.

Rumah tua tersebut terletak di kawasan Jalan Kh Mas Mansoor GG. Riban, RT 07/09, Kelurahan Kebon Melati, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Elise dan Chirul Bahri, pasangan lansia. Rumah Elise terletak di sebuah kompleks apartemen di kediaman eksekutif Tamrin.

Untuk melihat rumah Elisa, Anda harus masuk melalui pintu masuk apartemen. Pasalnya rumah Elise memiliki tembok yang menghadap ke apartemen di depan dan kanan, serta gedung apartemen di belakang dan kanan.

Di sebelah kiri rumah, area menghadap apartemen cukup luas dan memanjang hingga pintu masuk apartemen.

Rumah yang berdiri sebelum Indonesia merdeka itu kini terlihat sudah sangat tua, dengan atap genteng dan pondasi kayu bangunan yang sudah mulai lapuk.

Cat putih pada dinding terlihat kusam dan terkelupas di beberapa area. Lantai kompleks apartemen terlihat di bawah tanah, pohon kecil di sebelah kanan, dan agak jauh ke kiri, pintu dan jendela tua, lapuk dan rusak.

Di bagian depan terdapat tempat mencuci, disusul ember galon, rak sepatu, antena TV, dan rak jemur. Lalu, terdapat jalan setapak yang bisa dilalui penghuni untuk mengakses halaman gedung apartemen.

Kemudian di bagian kanan dan kiri terdapat dinding pot berukuran sedang untuk tanaman di sepanjang bagian belakang rumah. Bukan rahasia lagi bagi warga sekitar dan penghuni apartemen bahwa rumah ini merupakan rumah bagi suami istri Elise dan Chirul Bahri serta satu anak mereka.

“Iya, ini rumah Bu Elise, orang awam, baik penghuni maupun pemilik apartemen sudah mengetahuinya sejak lama. Orangnya tidak mau menjualnya, pihak apartemen juga mengerti kata-katanya, kok. ( Masih ada di sana bersama apartemennya),” kata Kebon Rohman, warga Melati, Rabu (24/4/2024) sambil berbincang di sekitar rumah.

Elise masih mengelola rumah tersebut hingga saat ini, karena rumah tersebut telah diwariskan dari generasi ke generasi sejak zaman kakek dan neneknya. Elise lahir dan besar di rumah tersebut dan tidak ingin menjualnya dengan harga berapapun.

Elise sangat yakin bahwa rumah ini memiliki kenangan, sejarah, dan nilai yang tak terhapuskan.

Saat pembangunan apartemen berlangsung antara tahun 2005 hingga 2010, rumah Alice ditawarkan dengan harga lebih dari Rp 2 miliar dan digantikan dengan gedung apartemen, namun Alice tidak mau menjual rumah warisan keluarganya.

“Dulu di Desa Kebon Melati, lalu dibangun rumah susun, semua warga pindah, kalaupun memberi 2 miliar hingga 3 miliar rubel, yang tinggal saja tetap tidak mau, kata salah seorang warga kawasan Dukuh Pinggir.

Oleh karena itu, rumah Eliza kini harus berdiri di tengah gedung-gedung mewah dan tinggi di sekitarnya. Penghuni apartemen sendiri tidak menanyakan rumah Elisa yang masih berdiri, begitu pula pihak pengelola apartemen.

Tetap ramah dan dia (penghuni apartemen) tidak akan khawatir karena dia masih bukti. Kalau keluarga yang lain sudah pindah, semua yang ada di sana (Desa Kebon Melati) juga sudah pindah, ada yang ke Dipok, ada yang ke Bekasi,” kata Rohman yang sehari-hari bekerja sebagai juru parkir.

Selama berada di kediamannya, Eliza tak mau berbicara dengan suaminya, Bahri, yang merupakan pedagang harian di kawasan Tana Abang. Sebab, mereka khawatir pemberitaan media bisa menimbulkan kesalahpahaman dengan berbagai pihak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *