Prediksi Pemenang Pemilu Amerika Serikat 2024

NEW YORK – Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) akan digelar pada 5 November. Kandidat yang bersaing sama dengan calon utama yang bersaing pada Pilpres 2020, yakni Joe Biden dan Donald Trump.

Mengutip The Week, meski daftar pesaing masih panjang dan beberapa kandidat independen masih bersaing ketat, Amerika Serikat akan kembali menggelar tanding ulang pada pemilu presiden pertama sejak 1956. Kedua kandidat kali ini punya kelebihan masing-masing. dan minus. .

Mengutip The Economist, Donald Trump menghadapi 88 tuntutan pidana terkait pemalsuan catatan bisnis hingga konspirasi untuk menipu negara. Sedangkan situasi Biden ditentukan oleh inflasi yang tinggi, RUU kebijakan industri yang besar, dan juga gejolak di luar negeri seperti di Ukraina, Afghanistan, dan belakangan ini yang masih panas yakni situasi tegang di Timur Tengah.

Hasil Lembaga Survei

Saat ini, banyak lembaga survei dan ilmuwan politik mulai memanaskan perdebatan tentang siapa yang akan memperoleh 270 suara elektoral dan memenangkan kursi di Ruang Oval. Berdasarkan beberapa jajak pendapat yang dilakukan selama musim pemilu pendahuluan, mantan Presiden Donald Trump dan Presiden Joe Biden sama-sama unggul dalam sebagian besar jajak pendapat yang dilakukan tahun ini.

Berdasarkan dua survei yang dilakukan Emerson College pada 17 April dan diikuti oleh 1.308 pemilih, Donald Trump memperoleh hasil lebih banyak dibandingkan Presiden Joe Biden masing-masing sebesar empat poin dan tiga poin.

Menurut hasil jajak pendapat McLaughlin and Associates tanggal 16 April terhadap 1.000 pemilih dengan keunggulan Trump sebesar 38% hingga 36% dan jajak pendapat McLaughlin lainnya dengan metrik yang sama juga menunjukkan Donald Trump dengan keunggulan 49% hingga 45% Melihat hasil beberapa jajak pendapat sejauh ini dengan margin kesalahan di bawah 4%, lembaga jajak pendapat menunjukkan kemungkinan besar kemenangan pemilu presiden tahun ini akan dipegang oleh Donald Trump.

Jajak pendapat lain yang dilakukan menunjukkan bahwa Joe Biden lebih unggul dari Donald Trump dalam beberapa hal. Jajak pendapat Marist College pada 18 April terhadap 1.047 pemilih menunjukkan Biden unggul lima poin dibandingkan Trump dengan selisih tiga poin. Sementara itu, jajak pendapat Echelon Insights pada 14 April terhadap 1.020 pemilih menunjukkan keunggulan Biden sebesar 49% dan keunggulan Trump sebesar 46%.

Jajak pendapat NBC News/Hart Research tanggal 16 April terhadap 1.000 pemilih menunjukkan Biden memimpin dengan selisih dua poin. Jajak pendapat yang dilakukan NBC News menunjukkan Biden lebih unggul dalam isu aborsi dan pemersatu negara, sedangkan Trump unggul dalam kompetensi dan penanganan inflasi. Survei yang dilakukan Morning Consult pada 17 April terhadap 7.990 pemilih dan survei YouGov/Economist pada 16 April terhadap 1.358 pemilih menunjukkan adanya keterkaitan antara Biden dan Trump. Setiap survei memperoleh hasil untuk kedua kandidat yaitu 42% dan 44%.

Pendapat Para Ahli Politik

Hasil survei yang sebagian besar berpihak pada Trump ternyata tidak sama dengan pendapat para analis dan pakar politik. Kebanyakan dari mereka meyakini Biden akan terus menjabat sebagai presiden untuk kedua kalinya. Analis politik seperti Juan Williams memandang Biden sebagai seorang moderat yang belum mengubah negara yang terpolarisasi secara politik. “Dengan meningkatnya pasar saham, menurunnya angka pengangguran, naiknya upah, melambatnya inflasi, dan Amerika berdiri kokoh melawan Rusia dan Tiongkok, Biden memiliki rekam jejak dalam meyakinkan pemilih yang belum memilih,” kata Williams.

Ahli strategi Partai Demokrat Simon Rosenberg juga mengatakan, kekuatan sejarah presiden hanya bisa diimbangi dengan kekuatan partainya. Rosenberg juga menambahkan bahwa angka jajak pendapat secara konsisten mengabaikan bobot sejarah Trump dan kegagalan pemilu MAGA yang berulang kali terjadi. Selain itu, Trump saat ini juga terlibat masalah hukum dan keuangan dimana Trump terlibat dalam skema uang tutup mulut ilegal dengan Stormy Daniels. Trump terpaksa menjalani tes di New York, yang memengaruhi waktunya berkampanye.

Setelah banyak dilakukan survei oleh berbagai lembaga survei serta prediksi para analis dan pakar politik, hasil Pilpres AS 2024 masih sebatas dugaan, terutama dari segi perolehan suara. Tidak banyak yang bisa disimpulkan saat ini.

“Jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga survei memang merupakan cara yang efektif untuk mengukur opini masyarakat, namun bukan berarti jajak pendapat yang ada saat ini akan menentukan secara akurat siapa yang akan memenangkan pemilu presiden,” kata Philip Bump.

Terlebih lagi, jajak pendapat publik yang telah atau akan dilakukan di masa depan sebelum setiap pemilu hampir pasti hanya akan menunjukkan siapa yang lebih berpeluang untuk menang, lanjutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *