JAKARTA – Sebagian besar operasi puncak Mossad dijalankan oleh agen perempuan. Agen wanita yang terlibat dalam God’s Wrath, seperti Erica Chambers, mampu berperan dalam melenyapkan Ali Hassan Salameh, orang paling dicari Israel dalam kasus pembunuhan Munich.
Menurut Yenet News, alasan mengapa agen Mossad perempuan lebih mudah menjalankan misi adalah karena perempuan memiliki banyak keistimewaan yang memudahkan dalam menjalankan misi. Orang-orang kurang curiga terhadap perempuan dibandingkan laki-laki.
Selain itu, perempuan sering kali dianggap lebih mengintimidasi dan lebih baik dalam mencapai sesuatu dibandingkan laki-laki. Dalam sejarah Mossad, hanya satu wanita yang menduduki posisi tertinggi di badan intelijen.
Aliza Magen Halevi Lahir pada tahun 1937, dia adalah seorang perwira intelijen Israel. Menurut Wikipedia, Magen-Halevi menjabat sebagai wakil direktur Mossad dari tahun 1997 hingga 1999. Posisi ini menjadikannya wanita paling senior dalam sejarah Mossad.
Aliza Magen bergabung dengan Mossad pada tahun 1958 pada usia 22 atau 23 tahun. Laporan Magen Halevi menarik perhatian direktur Mossad saat itu, Isser Harrell. Harrell kemudian menunjuk Magen Halevi untuk mengetahui bahwa Yosele Schumacher telah diculik oleh kakek dan neneknya, yang merupakan Yahudi Ortodoks Haredi.
Magen-Halevi dapat menemukan Schumacher setelah dia meyakinkan pembasmi, Ruth Ben David, yang menyelundupkan Schumacher keluar dari Israel, untuk mengungkap lokasi Schumacher.
Keberhasilan Magen-Halevi membawanya ke misi berikutnya, Operasi Dewa, balas dendam Mossad setelah pembantaian Munich tahun 1972.
Di tahun Pada tahun 1997, Magen-Halevi diangkat di bawah Wakil Direktur Mossad Shabtai Shavit dan Danny Yatom. Ia menjabat Wakil Direktur hingga 1998-1999, ketika Ephraim Halevi menjabat sebagai Direktur Mossad. Magen-Halevi pensiun pada tahun 1999 setelah bekerja untuk Mossad selama 41 tahun.
