Proyek 300 Pulau Buatan Senilai Rp195 Triliun Terbengkalai

JAKARTA – Nasib proyek pulau buatan yang dicanangkan Uni Emirat Arab pada 2003 kini terbengkalai. Pada tahun 2003, UEA meluncurkan proyek ambisius untuk membangun pulau-pulau buatan yang mewah di lepas pantai Dubai.

Proyek ini telah menarik perhatian penonton di seluruh dunia, sebagian karena memiliki desain yang rumit dan simetris jika dilihat dari udara. Salah satu proyek tersebut, dan yang paling ambisius, adalah “dunia” yang terdiri dari hampir 300 pulau buatan yang mensimulasikan tujuh benua pada peta dunia.

Menurut Jumat (7/6/2024), rencana proyek pulau buatan tersebut diumumkan pada tahun 2003 oleh Mohamed bin Rashid Al Maktoum, Perdana Menteri Uni Emirat Arab dan anggota keluarga penguasa Dubai.

Mereka yang berminat bisa memilih pulau yang meniru bentuk suatu negara, mulai dari Inggris, Amerika Serikat, hingga Greenland.

Dengan investasi sebesar USD 12 miliar (sekitar Rp 195 triliun) dan menggunakan 321 juta meter kubik pasir dan 386 juta ton batu, proyek “The World” bertujuan untuk menciptakan pulau-pulau yang dapat diubah menjadi properti mewah. Orang terkaya di dunia.

“Visi Uni Emirat Arab adalah menemukan cara untuk menggantikan ketergantungannya pada minyak sebagai sumber daya utamanya. Satu-satunya pilihan adalah di bidang real estat,” kata Profesor Alastair Bonnett, ahli geografi di Universitas Newcastle dan penulis buku A. ; Pelayaran ke Era Pulau Buatan.

“Model pulau buatan, yang telah ditiru oleh negara-negara lain seperti Nigeria, telah berhasil dalam beberapa hal dan gagal dalam beberapa hal lainnya.”

Dan industri properti nampaknya tidak berjalan sesuai rencana. Situs Top Luxury menyatakan “megaproyek dunia yang tidak masuk akal” sebagai “global”.

Alasannya sederhana: 21 tahun setelah proyek dimulai, hanya beberapa pulau yang selesai dibangun, dan jika dilihat dari udara, pulau-pulau tersebut tampak seperti titik-titik terbengkalai di peta dunia.

Rencana tersebut belum terwujud. “Saat ini pulau-pulau yang membentuk “dunia” sebagian besar kosong, hanya berupa pasir,” tulisnya di portal tersebut.

Padahal 60% proyek sudah terjual. Meskipun para pengembang sendiri telah mengindikasikan bahwa rencana mereka akan terus berjalan, beberapa investigasi menunjukkan bahwa pulau-pulau tersebut menunjukkan tanda-tanda erosi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *