Studi Terbaru: Monyet-Monyet Hidup Lebih Baik dan Toleran Usai Badai Dahsyat

LONDON – Monyet mungkin bisa bertahan hidup setelah badai, bersama dengan monyet lain dalam kelompok sosialnya, menurut para peneliti.

Para peneliti meneliti dampak badai terhadap populasi kera Rhesus di sebuah pulau di lepas pantai Puerto Rico.

Suhu udara umumnya berkisar sekitar 40°C, sehingga naungan merupakan sumber daya yang berharga bagi kera karena tutupan pohon masih di bawah tingkat sebelum badai.

Dikenal agresif dan kompetitif, Inakis menjadi lebih toleran satu sama lain untuk mendapatkan akses ke tempat perlindungan yang langka.

Dr., seorang peneliti ilmu saraf di Harvard. “Cuacanya sangat panas, tidak hanya tidak nyaman, tapi juga berbahaya bagi kesehatan jika Anda tidak berhasil menurunkan suhu tubuh,” kata Camille Testard.

Pada tahun 2017, Badai Maria melanda Puerto Rico, menewaskan lebih dari 3.000 orang dan menghancurkan 63% vegetasi di Cayo Santiago.

Pulau ini juga dikenal sebagai Pulau Monyet dan merupakan rumah bagi monyet-monyet yang diteliti para peneliti.

Penelitian yang dilakukan oleh universitas Pennsylvania dan Exeter dan diterbitkan dalam jurnal Science, menemukan bahwa kerusakan akibat badai mengubah keuntungan evolusioner dari berbagi tempat berlindung dan membiarkan orang lain hidup.

“Kami memperkirakan bahwa setelah bencana terjadi di lingkungan yang lebih kompetitif dengan sumber daya yang lebih sedikit, bencana tersebut mungkin akan menjadi lebih agresif. Namun bukan itu yang sebenarnya kami lihat. Kami menemukan pola sebaliknya,” kata Dr. Testard, seperti dikutip dari The Guardian. BBC.

Dengan menggunakan data yang dikumpulkan sebelum dan sesudah badai, para peneliti menguji kekuatan dan jumlah hubungan sosial di antara monyet-monyet tersebut.

Entah itu makanan atau tempat berlindung, monyet tidak pandai berbagi sumber daya.

Karena meningkatnya toleransi, semakin banyak monyet yang memiliki akses terhadap perlindungan langka yang diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka.

“Masih ada persaingan antar tim seperti dulu, namun aturan mainnya sudah berubah sejak saat itu. Tampaknya yang penting adalah risiko tunawisma, cuaca panas, stres, dan akses terhadap tempat berlindung,” kata Profesor Lauren Brent dari Universitas Exeter.

Para peneliti menemukan bahwa daya tahan monyet juga berdampak pada aspek lain kehidupan sehari-hari mereka.

Monyet-monyet yang berbagi tempat berlindung juga menghabiskan waktu bersama di pagi hari sebelum mereka mulai mencari perlindungan karena cuaca panas. Akibatnya, badai tersebut mengubah aturan permainan sosial monyet.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *