Ternyata Inilah Sosok Jenderal yang Sempat Tidak Akur dengan Presiden Soekarno

JAKARTA – Jumlah jenderal sepertinya tak bisa akur dengan Presiden Soekarno. Pasalnya, dia termasuk salah satu yang menyerukan pembubaran Kongres pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden.

Lantas siapakah sosok itu? Pasalnya, ia dikenal sebagai prajurit yang memiliki tantangan tinggi dan visi bersama yang berbeda.

Ternyata jenderal yang tidak bisa akur dengan Presiden Soekarno ini bernama TB Simatupang.

Pada masa perang kemerdekaan, TB Simatupang turut serta dalam perjuangan gerilya dengan mengisi jabatan Kepala Staf Organisasi Angkatan Darat di bawah Panglima TNI Letjen Orip Somohardjo. Ia merupakan satu-satunya pejabat yang turut serta dalam perundingan dengan Belanda pada tahun 1946 hingga akhir tahun 1949.

Ketika Jenderal Sudirman meninggal pada tahun 1950, Simatupang diangkat menjadi Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia (KSAP) dengan pangkat Jenderal sampai tahun 1953. KSAP menduduki peringkat di atas panglima militer dalam hierarki organisasi pada saat itu, di bawah tanggung jawab Jenderal Sudirman. Panglima Angkatan Laut, Panglima Angkatan Udara, dan Menteri Pertahanan.

Pada masa kepemimpinannya, terjadi peristiwa 17 Oktober 1952 di Jakarta saat terjadi demonstrasi yang menyerukan pembubaran parlemen. Pada tahun 1953, Presiden Sukano mengurangi kewenangan Simatupang di kalangan tentara. Sukarno juga menghapuskan jabatan KSAP yang sekarang disebut Panglima TNI, kemudian pada tahun 1954 Simatupang diangkat menjadi penasihat militer Kementerian Pertahanan RI.

Ceritanya bermula dari upaya rasional dan profesional ABRI yang dipimpin oleh TB Simatupang, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas militer, yang dikritik oleh para politisi. Konsep ini juga berbeda dengan Bung Karno.

Kontroversi tersebut bermula dari peristiwa 17 Oktober 1952, ketika para prajurit menodongkan senjata ke arah istana dan menuntut presiden membubarkan Parlemen. Tindakan Nasushan dan kawan-kawan tersebut membuat Simatupang dituduh terlibat dalam kejadian tersebut.

Namun Simatupang mungkin menjadi salah satu nama yang tidak disukai Presiden Soekarno di akhir masa jabatannya. Peristiwa tersebut diduga membuat sang khatib sangat marah kepada TB Simatupang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *