Timnas Indonesia U-23 Kerap Dapat Hujatan, Witan Sulaeman Minta Warganet Kritik dengan Cara Positif

TANGERANG – Bintang timnas Indonesia berusia 23 tahun, Witan Suleiman, mengirimkan pesan kepada pecinta sepak bola tanah air setelah rekan satu timnya mengkritik kiper. Menurutnya, penggemar harus bisa menyampaikan kritik dengan baik.

Seperti diketahui, timnas U-23 Indonesia belakangan ini tengah menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, mereka mampu meraih kesuksesan luar biasa dengan finis keempat di Piala Asia U-23 2024 meski baru pertama kalinya.

Permainan bersih yang diperlihatkan Arando Arri dan kawan-kawan mendapat banyak pujian dari para penggemar di media sosial. Sayangnya, saat tim Garuda Muda kalah, banyak pemain yang menjadi sasaran kemarahan warganet.

Contohnya adalah Marcelino Ferdinand yang membawa tim besutan Shin Tae-young kalah 1-2 melawan timnas U-23 Irak pada perebutan tempat ketiga Piala Asia AFC 2024 saat masih berusia 19 tahun yang banyak menyia-nyiakan peluang.

Vitan menyayangkan perilaku buruk tersebut. Oleh karena itu, pemain Bahengkara FC itu berpesan kepada masyarakat untuk menunjukkan kritik dengan baik karena menurutnya sepak bola Indonesia juga sedang bergerak ke arah positif.

“Menurut saya, saat ini sepak bola kita sudah berkembang ke arah yang baik, makanya kita berharap suporter bisa mendukung kita dengan baik,” kata Witan kepada awak media termasuk MNC Portal Indonesia (MPI) saat berada di Banda Sukarno-Seen di Hata, Tangierang, Bunting. , Sabtu (11/5/2024).

Pemain berusia 22 tahun itu menambahkan: “Bahkan jika Anda ingin mengkritik, kritiklah dengan baik.”

Timnas Indonesia U-23 tiba di Jakarta pada Sabtu (11/5/2024) pagi WIB. Mereka kembali dua hari lalu dari Paris, Prancis, usai bermain bersama timnas U-23 Guinea di Olimpiade Paris 2024 yang berakhir dengan kekalahan 0-1.

Indonesia pun sempat menunda impian tampil di Olimpiade Paris 2024, nyatanya tim Merah Putih kembali mengusung multievent terpopuler dunia tersebut setelah terakhir kali di Olimpiade Melbourne 1956.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *