Universitas Bern Ungkap Riset soal Produk Tembakau Alternatif, Begini Hasilnya

JAKARTA – Prevalensi merokok merupakan permasalahan global yang harus segera diatasi dengan berbagai solusi inovatif untuk melakukan perbaikan kualitas kesehatan masyarakat.

Salah satunya adalah penggunaan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik (vape) dan produk tembakau yang dipanaskan, sebagai pilihan yang lebih efektif bagi perokok dewasa yang kesulitan untuk berhenti.

Berdasarkan hasil penelitian dari University of Bern bertajuk “Electronic nicotine delivery system for Smoking cessation” yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada Februari 2024, penggunaan produk tembakau alternatif meningkatkan keberhasilan berhenti merokok (abstinensia) sebesar 21%.

Pemimpin penelitian Institute for Primary Health Care Universitas Bern, Reto Auer menjelaskan, kajian ilmiah tersebut melibatkan beberapa bidang interdisipliner, seperti bidang kedokteran keluarga, kedokteran paru, toksikologi, kecanduan, dan epidemiologi dari lima universitas di Swiss.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa efektif produk tembakau alternatif digunakan dalam jangka waktu lama dan sebagai bagian dari konseling intensif untuk berhenti merokok.

“Studi ini untuk membandingkan efektivitas, keamanan dan toksikologi produk tembakau alternatif sebagai solusi berhenti merokok dibandingkan metode lain,” kata Auer.

Pada kelompok yang menggunakan produk tembakau alternatif, tingkat keberhasilan berhenti merokok mencapai 53%. Tingkat keberhasilan berhenti merokok pada kelompok yang tidak memaksimalkan produk tembakau alternatif adalah sekitar 32%.

Inggris dan Swedia tercatat berhasil menurunkan jumlah perokok berkat dukungan yang diberikan terhadap penggunaan produk tembakau alternatif. Menurut laporan Office for National Statistics (ONS), proporsi perokok di Inggris akan mencapai 12,9% pada tahun 2022 atau setara dengan 6,4 juta orang.

Angka tersebut turun dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah sekitar 13,3% atau setara dengan 6,6 juta jiwa. Sementara itu, Swedia menjadi negara bebas rokok pertama di Eropa, dengan prevalensi merokok sebesar 5,16%, dibandingkan 11% pada tahun 2015.

Secara terpisah, Ketua Asosiasi Ritel Vape Indonesia (Arvindo) Fachmi Kurnia Firmansyah juga mengharapkan pemerintah Indonesia memaksimalkan potensi produk tembakau alternatif untuk mengurangi jumlah perokok.

“Kami berharap pemerintah Indonesia merujuk negara-negara yang berhasil mengoptimalkan produk tembakau alternatif sebagai langkah mengurangi prevalensi merokok dan penyakit akibat kebiasaan merokok,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *