Korban tewas warga Palestina dalam perang tersebut telah melebihi 35.000 orang, menurut pejabat kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan militan. 82 warga Palestina terbunuh dalam 24 jam terakhir, jumlah kematian tertinggi dalam satu hari dalam beberapa minggu terakhir.
Israel melancarkan operasi di Gaza setelah serangan oleh kelompok bersenjata pimpinan Hamas pada 7 Oktober, yang menyerang sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, kata Israel.
Di lingkungan utara Zeitoun di Kota Gaza, buldoser Israel menghancurkan beberapa rumah pada Selasa (14/5/2024) untuk memberi jalan bagi tank-tank ke pinggiran timur.
Serangan terhadap sebuah rumah di Beit Lahia, di Jalur Gaza utara, menewaskan tujuh orang dan melukai lainnya.
IDF mengatakan pihaknya membunuh puluhan pejuang Hamas dan menemukan jaringan bahan peledak di Jabalia, sementara di Zeitoun mereka menemukan terowongan dan menghancurkan beberapa peluncur roket.
Perdana Menteri (PM) Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani, mengatakan perundingan gencatan senjata yang dinegosiasikan oleh negaranya dan Mesir menemui jalan buntu karena pertempuran semakin intensif.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mengungkapkan keterkejutannya atas eskalasi Israel di dan sekitar Rafah, serta tembakan roket Hamas yang tidak bertanggung jawab di sana.
“Warga sipil harus selalu dihormati dan dilindungi di Rafah dan tempat lain di Gaza. Saat ini tidak ada tempat yang aman bagi warga di Gaza,” kata juru bicara Stephane Dujarric seperti dikutip Reuters.
Dia menambahkan bahwa Guterres sekali lagi menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera.
Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan pada Selasa (14/5/2024) bahwa Mesir harus “yakin” untuk membuka kembali perbatasan Rafah untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan internasional ke Gaza.
